Pembataian 10.000 Orang Tionghoa dan Hancurnya Paku Buwono II Karena Berpihak Pada Belanda
Pembataian 10.000 Orang Tionghoa dan Hancurnya Paku Buwono II Karena Berpihak Pada Belanda--
RADARMUKOMUKO.COM - Pembantaian besar-besaran orang Tionghoa sebanyak 10.000 orang yang dilakukan oleh VOC di Batavia. Kejadiannya tahun 1740-1743.
Diperkirakan bahwa lebih dari 10.000 orang keturunan Tionghoa dibantai. Jumlah orang yang selamat tidak pasti, ada dugaan dari 600 sampai 3.000 yang selamat.
Kejadian ini menyebabkan perang Geger Pecinan atau Tragedi Angke yang disebut juga dengan perang Sepanjang antara pasukan Tionghoa yang bersekutu dengan pasukan Jawa melawan pasukan VOC.
Merujuk dari laman kominfo.go.id, Perang Sepanjang berawal dari Batavia berlangsung menyebar hingga ke Karawang, Cirebon, pesisir pantura, hingga daerah pedalaman Mataram.
BACA JUGA:Pejuang Keturunan Tionghoa Yang Gagah Berani dan Rela Mati Melawan Penjajah Tanah Air
BACA JUGA:3 Pengaruh Budaya Tiongkok ke Indonesia, Mulai dari Batik Hingga Kosa Kata
Perang ini jugalah yang menyebabkan keraton Kartasura di bawah kekuasaan Paku Buwono II luluh lantak, dikarenakan keberpihakan Paku Buwono II kepada VOC.
Juga dilansir dari wikipedia, perang ini dalam bahasa Belanda disebut Chinezenmoord, yang berarti "Pembunuhan orang Tionghoa" di kota pelabuhan Batavia, Hindia Belanda, sekarang Jakarta.
Kekerasan dalam batas kota berlangsung dari 9 Oktober hingga 22 Oktober 1740, sedangkan berbagai pertempuran kecil terjadi hingga akhir November tahun yang sama.
Kisah awalnya, ada keresahan dalam masyarakat Tionghoa dampak represi pemerintah dan berkurangnya pendapatan akibat jatuhnya harga gula yang terjadi menjelang pembantaian ini.
Bukannya mendinginkan suasana, Adriaan Valckenier, Gubernur Jenderal VOC saat itu malah memberikan statemen kerusuhan apa pun akan ditanggapi dengan kekerasan mematikan.
Pernyataan itu dikeluarkan setelah ratusan warga keturunan Tionghoa yang mayoritas bekerja menjadi buruh di pabrik gula membunuh 50 orang anggota pasukan Belanda. Kebijakan Valckenier diberlakukan pada tanggal 7 Oktober 1740 setelah ratusan orang keturunan Tionghoa, banyak di antaranya buruh di pabrik gula, membunuh 50 pasukan Belanda.
Belanda mengirim pasukan tambahan, yang mengambil semua senjata dari warga Tionghoa dan memberlakukan jam malam. Dua hari kemudian, setelah ditakutkan desas-desus tentang kekejaman etnis Tionghoa, kelompok etnis lain di Batavia mulai membakar rumah orang Tionghoa di sepanjang Kali Besar.
Sementara itu, pasukan Belanda menyerang rumah orang Tionghoa dengan meriam. Kekerasan ini dengan cepat menyebar di seluruh kota Batavia sehingga lebih banyak orang Tionghoa dibunuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: