Westerling Kapten Militer Belanda Asal Turki Yang Membantai Puluhan Ribu Warga Indonesia Setelah Merdeka
Westerling Kapten Militer Belanda Asal Turki Yang Membantai Puluhan Ribu Warga Indonesia Setelah Merdeka--
RADARMUKOMUKO.COM - Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, Belanda dengan memboncengi Sekutu kembali datang untuk menjajah Indonesia. Karena Belanda tidak rela Indonesia yang menjadi sumber kekayaannya hilang. Dampaknya perperangan tak bisa dihindari, karena pejuangan dan seluruh rakyat yang sudah menyatu dalam negara Indonesia tidak ingin tundak kepada bangsa manapun.
Sosok Belanda yang cukup dikenal dan dibenci oleh Bangsa Indonesia saat agresi militer adalah, Kapten Raymond Pierre Paul Westerling alias Kapten Westerling.
Raymond Westerling adalah pria kelahiran di Istanbul, Turki pada 31 Agustus 1919. Maka ia memiliki julukan "si Turki" karena asal kelahirannya.
Westerling masuk dinas militer pada tahun 1941 di Kanada dan kemudian pindah ke Inggris. Ia mendapat pelatihan khusus sebagai komando di Skotlandia dan menjadi instruktur untuk teknik perkelahian tangan kosong dan pembunuhan diam-diam.
Westerling juga menjalani pelatihan hutan di Ceylon dan menjadi agen rahasia untuk operasi di Belanda yang diduduki Nazi.
Pada tahun 1946, Westerling dikirim ke Indonesia sebagai komandan Depot Speciale Troepen (DST). Sebuah pasukan khusus yang bertugas melakukan operasi kontra gerilya melawan pejuang Indonesia.
Selama menjajah Indonesia, Raymond Westerling adalah sosok yang sangat kejam, hingga namanya abadi sebagai seorang pembantai dalam sejarah Republik Indonesia.
BACA JUGA:Perang Semendo Paling Ganas Dalam Sejarah, Perlawanan Rakyat Sumsel Terhadap Belanda
BACA JUGA:Pemicu Perang Kendondong Rakyat Cirbon, Belanda Usir Raja Kanoman dari Keraton Ke Sini
Melansir dari berbagai sumber, diantara aksi kekejaman pertama Westerling adalah operasi Pasukan Khusus KST dimulai tahun 1946 hingga 1947. Sasarannya adalah desa Batua serta beberapa desa kecil di sebelah timur Makassar dan Westerling sendiri yang memimpin operasi itu.
Jumlah rakyat Sulawesi Selatan yang menjadi korban keganasan tentara Belanda hingga kini tidak jelas. Menurut De Jong, jumlah korban sesungguhnya, jika ingin mencoba obyektif memandang sejarah bukanlah 40 ribu melainkan 4 ribu orang.
Pemeriksaan Pemerintah Belanda tahun 1969 memperkirakan sekitar 3.000 rakyat Sulawesi tewas dibantai oleh Pasukan Khusus pimpinan Westerling, sedangkan Westerling sendiri mengatakan, bahwa korban akibat aksi yang dilakukan oleh pasukannya "hanya" 600 orang.
Perbuatan Westerling beserta pasukan khususnya dapat lolos dari tuntutan pelanggaran HAM Pengadilan Belanda karena sebenarnya aksi terornya yang dinamakan contra-guerilla, memperoleh izin dari Letnan Jenderal Spoor dan Wakil Gubernur Jenderal Dr. Hubertus Johannes van Mook.
Jadi yang sebenarnya bertanggungjawab atas pembantaian rakyat Sulawesi Selatan adalah Pemerintah dan Angkatan Perang Belanda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: