Pemicu Perang Kendondong Rakyat Cirbon, Belanda Usir Raja Kanoman dari Keraton Ke Sini

Pemicu Perang Kendondong Rakyat Cirbon, Belanda Usir Raja Kanoman dari Keraton Ke Sini

Pemicu Perang Kendondong Rakyat Cirbon, Belanda Usir Raja Kanoman dari Keraton Ke Sini-Ilustrasi-

RADARMUKOMUKO.COM - Perang Kedongdong adalah nama yang diberikan untuk peristiwa perlawanan rakyat Cirebon terhadap penjajah Belanda dan Sekutu yang terjadi pada tahun 1802-1818.

Peristiwa ini melibatkan rakyat Cirebon yang berasal dari berbagai suku, seperti Batak, Melayu, Jawa, Minang, Aceh, dan lain-lain.

Latar belakang perang ini adalah ketidakpuasan rakyat Cirebon terhadap kehadiran Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia setelah Jepang menyerah kepada Sekutu.

Belanda mengirimkan pasukan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang dibantu oleh tentara-tentara Jepang yang masih ada di Indonesia.

BACA JUGA:KUR Mikro BRI Bisa Ajukan Rp 20.000.000, Rp 30.000.000 Hingga Rp 50.000.000 Tanpa Jaminan, Cicilannya Segini

BACA JUGA:Peninggalan Ranjang Soekarno di Istana Merdeka, Ditakuti Soeharto Tapi Malah Ditiduri Oleh Presiden Jokowi

Rakyat Cirebon tidak terima dengan kehadiran Belanda yang ingin menjajah kembali tanah air mereka.

Mereka melakukan aksi-aksi seperti merebut senjata dari tentara Jepang, mengibarkan bendera merah putih di berbagai tempat, serta mengadakan rapat-rapat raksasa untuk menunjukkan dukungan kepada pemerintah Republik Indonesia.

Salah satu pemicu terjadinya Perang Kedongdong ini adalah adu domba dengan diusirnya dan dibuangnya Pangeran Raja Kanoman dari keraton ke daerah Ambon, dan jabatan sultan diberikan kepada saudara Pangeran Raja Kanoman yang lebih memihak Pemerintah Kolonial.

Sebelum terjadinya Perang Kedongdong, beberapa tokoh masyarakat seperti Sultan Muhammad Syafiudin dan Pangeran Suryakusuma mengadakan pertemuan di daerah Tengah Tani (tempat ini ditetapkan sebagai Keraton Perjuangan atau Bayangan) untuk berdiskusi, dengan menghasilkan beberapa kesepakatan yaitu sepakat untuk mengadakan perlawanan terhadap penguasa kolonial di Cirebon, mereka memiliki tujuan untuk memulihkan penguasa politik dan penentu kebijakan tradisi yang bersyariat Islam di Cirebon.

BACA JUGA:Kisah Medan Area, Rupanya Sekutu Lebih Arogan dari Belanda, Rakyat Medan Jadi Curiga Ada Apa?

BACA JUGA:Cornelis Penjejah Belanda Pertama di Indonesia, Karena Berulah Tewas di Tangan Laksamana Ini

Dalam mempersiapkan perlawanan ini, para pemimpin dibantu oleh masyarakat Cirebon. Jumlah masyarakat Cirebon ini diperkirakan mencapai 40.000 orang.

Strategi yang digunakan oleh para pemimpin perlawanan ini adalah dengan memanfaatkan para tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh di daerahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: