Ini Sejarah Pabrik Kertas Leces, Tempat Para Pejuang Indonesia Cetak Publikasi-publikasi Anti-Kolonialisme

Ini Sejarah Pabrik Kertas Leces, Tempat Para Pejuang Indonesia Cetak Publikasi-publikasi Anti-Kolonialisme

Ini sejarah Pabrik Kertas Leces, Tempat Para Pejuang Indonesia Cetak Publikasi-Publikasi Anti-Kolonialisme--

RADARMUKOMUKO.COM - Pabrik kertas Blabak adalah salah satu Pabrik kertas tertua di Indonesia yang berlokasi di Desa Blabak, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Pabrik kertas ini didirikan pada tahun 1908 oleh NV Handelsvereeniging Amsterdam (HVA), sebuah perusahaan dagang milik Belanda yang bergerak di bidang perkebunan, pertambangan, dan industri.

Pabrik kertas ini merupakan pabrik kertas pertama di Indonesia yang menggunakan bahan baku bambu sebagai bahan utama pembuatan kertas.

Pabrik kertas Blabak memiliki luas lahan sekitar 300 hektar dan mampu memproduksi kertas sebanyak 15 ton per hari.

Pabrik kertas ini juga dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas modern seperti mesin-mesin pembuat kertas, pembangkit listrik, jaringan air bersih, jalan raya, jembatan, rumah dinas, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain. Pabrik kertas ini menjadi salah satu pabrik kertas terbesar dan tercanggih di Asia pada masanya.

Pabrik kertas Blabak tidak hanya menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah kolonial dan pemiliknya, tetapi juga menjadi tempat belajar dan berkarya bagi para seniman dan budayawan Indonesia.

Salah satu tokoh yang berperan penting dalam hal ini adalah Ki Hajar Dewantara, seorang pahlawan nasional dan pendiri Taman Siswa, sebuah lembaga pendidikan nasionalis yang menentang sistem pendidikan kolonial Belanda.

Ki Hajar Dewantara pernah bekerja sebagai pegawai administrasi di pabrik kertas Blabak pada tahun 1913-1918, ia menggunakan kesempatan ini untuk mempelajari teknik pembuatan kertas dan mencetak berbagai karya sastra dan kebudayaan Indonesia dengan menggunakan kertas hasil produksi pabrik kertas Blabak.

Salah satu karya Ki Hajar Dewantara yang terkenal adalah buku "Pewayangan", yang menggambarkan tentang kesenian wayang kulit sebagai salah satu warisan budaya Indonesia, buku ini dicetak dengan menggunakan kertas hasil produksi pabrik kertas Blabak pada tahun 1918.

BACA JUGA:Pabrik Kertas Blabak, Peninggalan Belanda yang Jadi Inspirasi bagi Generasi Muda Indonesia

BACA JUGA:Inilah Lima Suku Asli Kepulauan Riau, Bertahan Ditengah Kemajuan Batam

Buku ini menjadi salah satu buku pertama yang menggunakan huruf Latin untuk menulis bahasa Jawa, buku ini juga menjadi salah satu buku pertama yang menggunakan istilah "Indonesia" sebagai nama bangsa dan tanah air kita.

Pada masa pendudukan Jepang, pabrik kertas Blabak juga ikut dikuasai oleh tentara Jepang. Namun, hal ini tidak menghentikan semangat nasionalisme dan kreativitas para pekerja dan seniman pabrik kertas Blabak.

Mereka tetap melanjutkan produksi kertas dan mencetak berbagai publikasi yang mendukung perjuangan Indonesia melawan penjajah.

Salah satu contohnya adalah majalah "Sekar", yang merupakan majalah sastra dan kebudayaan yang diterbitkan oleh Taman Siswa dengan menggunakan kertas hasil produksi pabrik kertas Blabak pada tahun 1944-1945.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: