Kisah Jenderal Timur Pane 'Naga Bonar' Komandan Penggempur Raja Terbang Melawan Penjajah

Kisah Jenderal Timur Pane 'Naga Bonar' Komandan Penggempur Raja Terbang Melawan Penjajah

Kisah Jenderal Timur Pane 'Naga Bonar' Komandan Penggempur Raja Terbang Melawan Penjajah--

Hatta dalam otobiografinya “Untuk Negeriku: sebuah Otobiografi” menuliskan, kondisi laskar di Sumut terbilang gawat. Rebutan wilayah satu sama lain sampai berujung pada niat saling bunuh.

“….Sarwono telah ditangkapnya dan hendak dibunuhnya (Timur Pane, red). Kupanggil Timur Pane ke tempatku menginap dan kuperintahkan supaya Sarwono jangan dibunuh,” tulis Hatta.

BACA JUGA:Kisah Inggit, 20 Tahun Setia Damping Soekarno Menuju Kemerdekaan, 'Cinta Yang Terlarang' Berakhir Sedih

BACA JUGA:Ternyata Soekarno Pernah Jatuh Hati Pada 3 Pramugari, Namun Hanya Satu Sukses Dinikahi

Di hadapan Hatta, Timur Pane tunduk. Tapi dia meminta persetujuan untuk menggempur Belanda dari Medan Area. Permintaaan untuk menggempur dan meminta sejumlah uang dan senjata tersebut diizinkan Hatta.

Laskar Naga Terbang pun sehari setelahnya baku tembak secara sengit dengan militer Belanda berkekuatan 500 orang prajurit yang mendarat di Pantai Cermin, lebih kurang 40 kilometer sebelah timur Kota Medan. Sayangnya, strategi Timur Pane gagal dan Belanda bisa menerobos masuk ke wilayah Medan.

Kekalahan tersebut membuat Timur Pane yang sejak adanya kebijakan reorganisasi dan rasionalisasi (re-ra) tahun 1948 dilucuti gelar kebanggaannya yang dikenakannya sendiri, yaitu Jenderal Mayor.

Namun, Timur Pane yang tetap berjuang melawan Belanda juga kerap membuat kacau divisi yang ditumpanginya. Seperti di divisi Banteng Negara maupun divisi lainnya. Sehingga kerap membuat pasukan divisi dikerahkan untuk mengusir pasukan Timur Pane yang memakai nama Sang Gerilya.

Pertempuran demi pertempuran sesama anak bangsa tersebut semakin meruncing saat Timur Pane memilih bergabung dengan Gerakan Rakyat Murba Indonesia (Germi).

 Timur Pane pun didapuk sebagai panglima dan Sang Gerilya sebagai pasukan tempurnya. Sampai akhirnya pasukan Sang Gerilya digempur habis-habisan dan kocar-kacir.

Sejak saat itulah, nama dan kiprah Timur Pane tidak terpantau lagi dalam berbagai catatan sejarah. Pun kematiannya terbilang misterius dan tidak ada yang mengetahui di mana kuburannya.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: