Inilah Sosok Pahlawan Dari Papua Tak Getar Bantai Belanda Demi Merebut Kemerdekaan

Inilah Sosok Pahlawan Dari Papua Tak Getar Bantai Belanda Demi Merebut Kemerdekaan

Inilah Sosok Pahlawan Dari Papua Tak Getar Bantai Belanda Demi Merebut Kemerdekaan--

Machmud Singgirei Rumagesan adalah Raja muda di Fakfak, ia menjabat sebagai Raja Sekar di usia 21 tahun dengan gelar Raja Al Alam Ugar Sekar (Raja yang lahir dan tumbuh tanpa pengaruh dan kuasa dari kerjaan lain).

Raja Singgirei dikenal sebagai pejuang Papua, ia memimpin Gerakan Tjendrawasih Revolusioner Irian Barat (GTRIB) pada 1953 dan Gerakan Organisasi Pemuda Cendrawasih Muda.

Gerakan ini bertujuan untuk membantu Pemerintah Republik Indonesia dalam memperjuangkan pembebasan Irian Barat dari kolonial Belanda.

Bersama Raja Rumbati dan Ibrahim Bauw, Raja Singgirei menyerukan perlawanan melalui mimbar-mimbar di masjid untuk menentang penjajahan Belanda.

Atas aksi perlawanan tersebut, ia pernah beberapa kali di tawan oleh Belanda dan mendekam di beberapa penjara, seperti Saparua, Sorong-Doom, Manokwari, Hollandia hingga diasingkan ke Makassar.

Perjuangan yang ia lakukan berujung manis saat Irian Barat berhasil merdeka pada Desember 1949. Keberhasilan ini membawanya menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) Republik Indonesia pada periode 1959-1965.

5. Silas Papare 

lahir di Serui pada 18 Desember 1918 dan meninggal pada 7 Maret 1979 di umur 60 di Serui, Papua. 

Dia menerima gelar Pahlawan Nasional pada 14 September 1993 berdasarkan Surat Keputusan Presiden No.77/TK/1993.

Silas Papare merupakan sosok yang berjasa dalam sejarah Papua. 

Dia terlibat dalam perjuangan penyatuan Irian Jaya (Papua) ke dalam wilayah Indonesia yang saat itu hendak dipisahkan oleh Belanda.

Dia juga mendirikan Badan Perjuangan Irian di Yogyakarta sebagai upaya membantu pemerintah Republik Indonesia dalam memasukkan wilayah Irian Barat ke wilayah RI pada bulan Oktober 1949 di Yogyakarta.

Silas Papare merupakan salah satu delegasi dari Papua yang dipilih langsung oleh Soekarno dalam New York Agreement yang ditandatangani pada 15 Agustus 1962.

Kemudian dia diangkat menjadi anggota MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) setelah penyatuan Irian Barat dengan RI.

Untuk mengenang jasa perjuangan Silas Papare, namanya diabadikan dalam beberapa tempat seperti Monumen Silas Papare yang berada di dekat pelabuhan Serui, Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik (STISIPOL) Silas Papare yang berada di Jalan Diponegoro, Jayapura.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: