Wajar Indonesia Tidak Bisa Berbahasa Belanda, Nenek Moyang Tak Mau Kebiasaan Penjajah Diikuti Anak Cucunya
Wajar Indonesia Tidak Bisa Berbahasa Belanda, Nenek Moyang Tak Mau Kebiasaan Penjajah Diikuti Anak Cucunya--
RADARMUKOMUKO.COM - Umumnya orang Malaysia dan Singapura pandai bahasa inggris, bahkan dalam bercakap bahasa yang merupakan bahasa nenek moyangnya, mereka sering mencampurkannya dengan bahasa inggris.
Alasan penduduk Malaysia dan Singapura pandai bahasa Inggris, karena dulu cukup lama di jajah oleh Inggris.
Namun yang menjadi pertanyaan kita, mengapa orang Indonesia tidak bisa bahasa Belanda maupun Jelang, termasuk Inggris. Padahal Indonesia dijajah hingga 3,5 abad, terutama oleh Belanda.
Sudah barang pasti dalam kurun waktu yang cukup panjang tersebut, orang Belanda dan Indonesia berbauar dan berinteraksi.
Jikapun ada orang Indonesia yang faseh bicara bahasa asing, itu dikarenakan dipelajari secara mendalam dan khusus di sekolah-sekolah maupun Bimbel.
Melansir dari berbagai sumber, alasan orang Indonesia tidak bisa bahasa Belanda, Jepang ataupun Inggris, karena
kehadiran bangsa asing ini di Indonesia terutama Belanda sejak datang pertama 23 Juni 1596 hanya untuk berdagang rempah-rempah dan selanjutnya menjajah.
Mereka fokus mencari kekayaan dari sumber alam bangsa untuk dibawa ke negara asalnya.
Bangsa penjajah ini tidak melakukan penyebaran budayanya di Indonesia.
BACA JUGA:Hanya di Suku Ini Yang Dijuluki Wanita Terindah Tapi Dilarang Mandi Bahkan Menyentuh Air
BACA JUGA:Siti Manggopoh 'Singa Betina' dari Minang, Habisi 53 Tentara Belanda Dalam Satu Malam
Kegiatan penjajahan yang dilakukan identik dengan cerita penindasan, perampasan dan perbudakan. Maka kehadiran Belanda dan Jepang murni dianggap menjadi musuh bangsa kala itu. Sudah pasti selain Belanda tidak menyebarkan budayanya, orang Indonesia juga tidak berniat mendalami bahaya maupun budaya penjajah tersebut.
Pada masa penjajahan, sebetulnya umumnya orang Indonesia bisa bahasa Belanda, tapi tidak diturunkan dengan keturunannya.
Saat bicara dengan anak-anak dan keluarga, warga murni membawa bahasa suku atau melayu akar bahasa Indonesia. Sehingga kosa kata bahasa Belanda maupun Jepang yang diketahui orang tua saat itu, tidak diajarkan atau diwariskan pada anak cucunya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: