Disebut Manusia Tak Bertumit, Suku Wong Alas Hingga Kini Penuh Misteri

Disebut Manusia Tak Bertumit, Suku Wong Alas Hingga Kini Penuh Misteri

Disebut Manusia Tak Bertumit, Suku Wong Alas Hingga Kini Penuh Misteri-Ilustrasi-

Kisah lainnya terjadi di tahun 1978 di suatu daerah perdukuhan di bagian selatan Desa Sirongge (sebelah timur Desa Tundangan) yang dihuni beberapa kepala keluarga dan terpaksa pindah karena merasa takut dengan keberadaan wong alas.

Saat itu, warga perdukuhan mementaskan kesenian ronggeng. Saat tiba waktu tengah malam, tiba-tiba jumlah penonton bertambah, tepat saat pemain ronggeng menyanyikan lagu Ande Ande Lumut. 

BACA JUGA:Tradisi Suku Sabiny Yang Membuat Wanita Menderita, Sakitnya 10 Kali Lipat

BACA JUGA:Tradisi Suku Fore Oseania Makan Mayat Kerabatnya, Karena Diyakini Yang Meninggal Akan Bersatu Dalam Keluarga

Warga perdukuhan curiga dengan kedatangan tamu tak diundang ini yang merupakan wong alas. Hingga akhirnya warga perdukuhan pindah tempat dan muncul mitos bahwa lagu Ande Ande Lumut merupakan lagu untuk memanggil mereka.

Terkait dengan asal usul wong alas, menurut pemerhati sejarah Kabupaten Purbalingga, Catur Purnawan menuturkan bahwa wong alas tidak lepas dari kisah Syekh Jambu Karang, seorang bangsawan dari Kerajaan Pajajaran yang awalnya bernama Raden Mundingwangi. 

Saat itu, dia bersama rombongan sedang menyendiri ke wilayah Pengunungan Ardi Lawet. Disanalah Raden Mundiwangi dan rombongan bertemu dengan Syekh Atas Angin, seorang penyebar agama Islam. 

Saat itu terjadilah  pertempuran adu ilmu kesaktian dan berakhir dengan kekalahan Raden Mundiwangi.

Karena kalah, Raden Mundiwangi akhirnya memeluk Islam dan mengganti nama menjadi Syekh Jambu Karang yang petilasannya berada di Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga dan hingga sekarang menjadi salah satu objek wisata religi. 

Namun jejak Raden Mundiwangi yang  menjadi mualaf ini tidak diikuti oleh kelompok rombongannya karena mereka memilih untuk tetap memegang keyakinan yang dia pegang.

Kelompok rombongan Raden Mundiwangi ini kemudian mengasingkan diri ke daerah hutan, menjauhkan diri dari pengaruh agama Islam yang sudah dianut oleh sebagian besar masyarakat di Pulau Jawa saat itu dan terus memegang teguh tradisi mereka hingga sekarang. 

Dengan berlatar belakang cerita tersebut, mereka akhirnya dikenal juga dengan nama Suku Pijajaran.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: