Kedekatan Soekarno dan Wanita PSK, Peran Besarnya Menjadi Intelijen Handal Mengorek Info Penjajah

Kedekatan Soekarno dan Wanita PSK, Peran Besarnya Menjadi Intelijen Handal Mengorek Info Penjajah

Kedekatan Soekarno dan Wanita PSK, Peran Besarnya Menjadi Intelijen Handal Mengorek Info Penjajah--

RADARMUKOMUKO.COM - Wanita Pekerja Seks Komersial (PSK) sampai sekarang dipandang hina, karena pekerjaan tersebut dilarang oleh agama dan aturan sosial negara lainnya. Perlawanan pada praktek pelacuran juga dikarenakan bisa merusak dan penyebaran penyakit berbahaya.

Namun tahukah anda, jika para PSK ini juga punya peran besar dalam melawan penjajah bangsa. Hal ini diakui sendiri oleh Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno

Peran kupu-kupu malam dalam pergerakan revolusi Indonesia banyak dituturkan Soekarno pada Cindy Adams, penulis buku Sukarno An Autobiography as Told to Cindy Adams.

Pengguna jasa wanita kupu-kupu malam ini kebanyakan para polisi kolonial, dari mereka para PSK mendapatkan banyak informasi. 

Melansir dari tirto.id, selain itu, wanita tuna susila (WTS) ini juga ikut menyumbangkan uang dari keringatnya untuk kepentingan revolusi.

BACA JUGA:Kisah Nyai Dasima Gundik Petinggi Belanda, Tragedi Cinta Yang Berakhir Tragis

BACA JUGA:Kisah Wanita Cantik Nyai Saritem, Penyedia Perempuan untuk Belanda Hingga Menjelma Bisnis Lendir Terkenal

Tugas mereka menjadi sumber informasi mengenai musuh tak dapat digantikan oleh pihak manapun kala itu.

"Tak satu pun laki-laki anggota partai yang terhormat dan sopan itu dapat mengerjakan tugas ini untukku," ujar Soekarno yang juga menyampaikan para PSK bukan saja penyumbang yang menyenangkan, tetapi juga penyumbang yang besar dalam revolusi Indonesia. 

Rumah bordil tempat praktek PSK-pun jadi tempat yang paling aman untuk mengadakan pertemuan-pertemuan penting.

“Aku menjadi sasaran utama bagi [mata-mata PID] Belanda. Mereka mengintipku seperti berburu binatang liar. Mereka melaporkan setiap gerak-gerikku. Sangat tipis harapanku agar bisa luput dari intipan ini. Kalau para pemimpin dari kota lain datang, aku harus mencari tempat rahasia untuk berbicara,” aku Sukarno dalam autobiografinya yang ditulis Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat (1965).

 Sukarno mengaku dia sering berbicara di belakang sebuah mobil sambil menundukkan kepalanya. Itu bahkan bukan satu-satunya cara. 

“Aku memikirkan siasat gila-gilaan untuk membikin bingung polisi,” kata Sukarno.

 “Tempat lain yang kami pergunakan untuk pertemuan ialah rumah pelacuran. Aduh, ini luar-biasa bagusnya.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: