Ini Alasan Utama Bule Boleh Berenang di Pantai Bali, Padahal Dilarang Kini Jadi Wisata Terkenal

Ini Alasan Utama Bule Boleh Berenang di Pantai Bali, Padahal Dilarang Kini Jadi Wisata Terkenal

Ini Alasan Utama Bule Boleh Berenang di Pantai Bali, Padahal Dilarang Kini Jadi Wisata Terkenal--

Ardika menjelaskan bahwa pada awal abad ke-20, saat Bali masih menjadi bagian dari Hindia Belanda, para pejabat kolonial mulai membangun fasilitas wisata di sekitar pantai.

Salah satu contohnya adalah Hotel Bali di Sanur, yang dibangun pada tahun 1928 oleh Mads Lange, seorang pedagang Denmark yang menetap di Bali.

BACA JUGA:Suku-Suku Terasing Yang Masih Bertahan Hingga Hidup Primitif Jauh di Pedalaman

BACA JUGA:Beginilah Bentuk Kekejaman Jepang Saat Jajah Indonesia, Romusha, Pemerkosaan Hingga Penjara Sadis

Hotel ini menjadi tempat menginap bagi para wisatawan asing yang datang ke Bali, termasuk para seniman dan penulis terkenal seperti Walter Spies dan Miguel Covarrubias.

Di hotel ini, para tamu dapat menikmati fasilitas seperti kolam renang, lapangan golf, dan tentu saja akses langsung ke pantai Sanur.

Di sini, para bule mulai berani untuk berenang di pantai dengan mengenakan pakaian renang yang minim.

Hal ini tentu saja menimbulkan reaksi dari masyarakat Bali, yang masih menjunjung tinggi adat istiadat mereka. 

Namun, karena para pejabat kolonial memiliki kekuasaan lebih besar daripada raja-raja Bali, mereka tidak dapat berbuat banyak untuk melarang para bule berenang di pantai.

Selain itu, ada juga faktor ekonomi yang membuat masyarakat Bali mulai terbuka dengan kehadiran para bule.

Ardika mengatakan bahwa sejak tahun 1930-an, pariwisata menjadi salah satu sumber pendapatan utama bagi penduduk Bali. Banyak orang Bali yang bekerja sebagai pemandu wisata, pengrajin, pedagang, atau penyedia jasa lainnya bagi para turis asing.

BACA JUGA:Pasukan Khusus Pelacur dan Copet Bikin Belanda Loyo, Tapi Juga Kerjai Pejuang Hingga Komandannya Sendiri

BACA JUGA:Beginilah Bentuk Kekejaman Jepang Saat Jajah Indonesia, Romusha, Pemerkosaan Hingga Penjara Sadis

Dengan demikian, masyarakat Bali mulai menyadari bahwa mereka harus bersikap ramah dan toleran terhadap para bule, meskipun mereka memiliki budaya dan adat istiadat yang berbeda.

Mereka juga mulai mengadaptasi beberapa hal dari budaya Barat, seperti berpakaian lebih modern dan belajar bahasa asing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: