Perang Puputan Margarana, Pertempuran Sampai Titik Darah Terakhir Melawan Belanda

Perang Puputan Margarana, Pertempuran Sampai Titik Darah Terakhir Melawan Belanda

Perang Puputan Margarana, Pertempuran Sampai Titik Darah Terakhir Melawan Belanda-Dok-Berbagai Sumber

BACA JUGA:Ini Penyebab Perang Diponegoro, Penindasan dan Perusakan Moral Bangsa Oleh Belanda

Tanggal 19 November 1946 malam hari, senjata prajurit NICA yang sedang berada di Tabanan direbut oleh tentara rakyat pimpinan I Gusti Ngurah Rai. Aksi ini membuat Belanda murka.

Pagi-pagi buta tanggal 20 November 1946, Belanda mengerahkan pasukan dan mengepung desa yang menjadi pertahanan tentara rakyat Bali. Terjadilah aksi tembak-menembak yang membuat Belanda agak terdesak. 

Belanda terpaksa mengerahkan seluruh kekuatan militernya yang ada di Bali ditambah mendatangkan pesawat pengebom dari Makassar. 

Meskipun dikepung dan kalah jumlah prajurit maupun persenjataan, I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya serta rakyat Bali pantang menyerah. Mereka bertekad tidak akan mundur sampai tetes darah terakhir.

BACA JUGA:Suku Manusia Tanpa Kepala Disebabkan Kutukan, Antara Fakta dan Mitos

Komando puputan pun diserukan. Perang habis-habisan dilancarkan demi tegaknya kemerdekaan Indonesia sekaligus demi harga diri rakyat Bali. Terjadilah pertempuran besar yang sejatinya tidak seimbang. 

Pasukan Bali yang berjumlah kurang dari 100 orang seluruhnya gugur di medan laga, termasuk I Gusti Ngurah Rai. Namun, Belanda juga mengalami kerugian besar. Sebanyak 400 orang tentaranya tewas. 

Untuk mengenang peristiwa heroik itu, di lokasi Puputan Margarana kini berdiri Tugu Pahlawan Taman Pujaan Bangsa. I Gusti Ngurah Rai pun ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah RI.

Juga perlu diketahui, latar belakang pertempuran Puputan Margarana bermula dari isi Perjanjian Linggarjati yang menyebutkan kalau wilayah RI hanya meliputi Jawa, Sumatera, dan Madura saja.

BACA JUGA:Legenda Rakyat, Tradisi Orang Jepang Membuang Orang Tua Ke Aokigahara Hutan Yang Paling Angker di Dunia

Hal itu membuat wilayah yang tidak termasuk ke dalam Perjanjian Linggarjati menjadi sasaran empuk bagi Belanda. Misalnya saja, wilayah Bali atau yang dahulu bernama Sunda Kecil ini mulai diatur-atur oleh Pasukan Belanda. 

Selain itu, menurut Perjanjian Linggarjati mulai tanggal 1 Januari 1946 Belanda sudah harus keluar dari wilayah RI yang saat itu adalah Jawa, Sumatera, dan Madura. Oleh karena itu, sekitar 2000 orang Belanda pun mulai memasuki wilayah Bali.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: