Tradisi Unik Sirawu Sulo di Bone Terbakar Tanpa Sakit, Pesta Panen dengan Adrenalin
Tradisi Unik Sirawu Sulo di Bone Terbakar Tanpa Sakit, Pesta Panen dengan Adrenalin--
Berbekal sejumlah ekor ternak ayam dan obor sebagai alat penerangan di malam hari, mereka berjalan ke dalam hutan dan menemukan sebuah lahan di wilayah Kabupaten Bone.
Mereka lantas mengungkapkan rasa sukacita dengan melemparkan obor, yang menjadi bentuk tradisi yang kemudian dikenal dengan Sirawu' Sulo.
Makna dan Nilai Tradisi Sirawu' Sulo
Masyarakat setempat percaya bahwa tradisi Sirawu' Sulo mengandung nilai-nilai yang sakral. Masyarakat percaya apabila tradisi ini tidak atau terlambat dilakukan maka akan ada bencana yang akan menimpa mereka.
BACA JUGA:Ini Alasan, Tradisi Orang Jepang Membuang Orang Tua Yang Sakit-Sakitan ke Hutan
Selain itu, tradisi ini juga memiliki makna sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah, sebagai sarana pelestarian budaya lokal, sebagai ajang silaturahmi antara sesama warga desa maupun desa tetangga, serta sebagai media pembentukan karakter dan mental peserta.
Tradisi ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata budaya bagi para pengunjung dari luar daerah maupun mancanegara. Banyak wisatawan yang tertarik untuk menyaksikan langsung aksi-aksi spektakuler para peserta Sirawu' Sulo yang berani bermain api tanpa rasa takut.
Rangkaian Tradisi Sirawu' Sulo
Rangkaian Tradisi Sirawu' Sulo dapat berlangsung sekitar setengah sampai satu bulan lamanya, namun acara puncaknya hanya berlangsung selama tiga malam berturut-turut.
Acara puncaknya biasanya dilakukan pada bulan September atau Oktober, sesuai dengan kalender panen padi.
Pada malam pertama, peserta Sirawu' Sulo akan berkumpul di sebuah lapangan yang telah disiapkan.
BACA JUGA:Tradisi Nyeleneh Kisah Suku Fore Oseania Yang Makan Mayat, Serta Penyebab Penyakit Kuru
Mereka akan membentuk dua kelompok yang berhadapan satu sama lain. Setiap kelompok akan membawa obor yang terbuat dari daun kelapa yang telah dibakar.
Pada malam kedua, peserta Sirawu' Sulo akan berpindah ke lokasi lain yang lebih luas dan lebih gelap. Mereka akan melakukan hal yang sama seperti malam sebelumnya, yaitu saling melempar obor ke arah lawan.
Pada malam ketiga, peserta Sirawu' Sulo akan kembali ke lapangan awal. Mereka akan melakukan perang api terakhir dengan lebih intens dan lebih lama. Mereka akan berhenti ketika obor mereka habis terbakar atau ketika ada isyarat dari Sandro.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: