Tradisi Unik Sirawu Sulo di Bone Terbakar Tanpa Sakit, Pesta Panen dengan Adrenalin

Tradisi Unik Sirawu Sulo di Bone Terbakar Tanpa Sakit, Pesta Panen dengan Adrenalin

Tradisi Unik Sirawu Sulo di Bone Terbakar Tanpa Sakit, Pesta Panen dengan Adrenalin--

RADARMUKOMUKO.COM - Bayangkan jika Anda harus berpartisipasi dalam sebuah perang api, di mana Anda harus saling melempar obor yang menyala ke arah lawan Anda.

Apakah Anda akan merasa takut, kesakitan, atau justru menikmati sensasi adrenalin yang mengalir di tubuh Anda?

Itulah yang dirasakan oleh masyarakat Desa Pongka, Kecamatan Tellu Siattingge, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, yang memiliki sebuah tradisi unik yang dikenal dengan nama Sirawu' Sulo.

Dalam bahasa orang Bugis, istilah ‘sirawu’ berarti adanya dua pihak yang saling melempar sesuatu, sementara ‘sulo’ artinya obor.

Sirawu' Sulo atau juga disebut Sirempek Api adalah tradisi perang api dengan cara saling melempar obor yang terbuat dari daun kelapa yang dilaksanakan sebagai bagian dari perayaan atau pesta panen.

BACA JUGA:Tradisi Nyeleneh Nyotaimori atau Body Sushi di Jepang, Makan Sushi Pakai Body Wanita Sebagai Piringnya

Peserta Sirawu' Sulo dibatasi yaitu hanya laki-laki yang boleh mengikuti tradisi ini, sementara jumlah dan usia peserta tidak dibatasi.

Tradisi ini memang terlihat menakutkan karena tidak jarang membuat pesertanya mengalami luka bakar.

Walau begitu, masyarakat percaya bahwa tubuh mereka yang sebelumnya telah dilumuri minyak kelapa yang telah didoakan oleh tokoh adat atau "Sandro" yang telah melaksanakan ritual berserah diri atau "Mappangolo" akan membuat luka bakar itu sembuh lebih cepat.

Asal usul Tradisi Sirawu' Sulo

Tradisi Sirawu' Sulo konon sudah ada sejak Desa Pongka berdiri dan dilakukan secara turun temurun dalam bentuk pesta rakyat.

Dilansir dari laman Kemendikbud, konon tradisi ini bermula dari nenek moyang mereka yang merupakan penduduk Kabupaten Soppeng.

BACA JUGA:Mengenal Tradisi Mirarik Suku Sasak di NTT, Calon Suami Mencuri Gadis

Mereka mengungsi dari kampung halamannya dan meninggalkan seluruh harta kekayaan lantaran tidak sepakat dengan kebijakan salah seorang raja yang memerintah kerajaan Soppeng kala itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: