“Guna meningkatkan produksi pangan dibutuhkan irigasi yang baik agar persawahan atau tanaman pangan bisa mencukupi dan berhasil dengan panen melimpah sehingga saluran irigasi itu menjadi sangat penting. Diplomasi seperti itulah yang disukai pada waktu itu. Alhasil, rakyat tidak dikirim romusha tetapi diikutsertakan dalam pembuatan irigasi yang dikenal sekarang sebagai Selokan Mataram dan direstui Pemerintah Jepang,” ucapnya.
Margono mengungkapkan orang yang ikut romusha akan dibawa ke suatu tempat di mana ada proyek pemerintah Jepang. Umumnya banyak yang tidak bisa pulang, mengenaskan dan meninggal.
"Kita bisa bayangkan jika proyek irigasi ini tidak pernah dibuat, sangat mungkin orang Yogyakarta banyak yang keluar dan nasibnya tidak diketahui. Hal ini juga akan mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi masyarakat terutama di pedesaan,” imbuhnya.*