RADARMUKOMUKO.COM - Johannes Cornelis Princen lahir di Den Haag 21 November 1925. Ia memiliki latar belakang pendidikan agama yang kuat. Princen dibesarkan dalam keluarga liberal pemeluk Katolik, bahkan Dia bercita-cita menjadi pastor.
Kehidupan mudanya digambarkan sebagai sosok pemuja kebebasan, namun secara ideologi Princen tertarik pada sosialisme.
Saat perang dunia II, Princen berkeinginan gabung dengan tentara Sekutu dan pergi ke Inggris pada tahun 1943. Namun dia tertangkap tentara Nazi Jerman yang telah menduduki Belanda.
BACA JUGA:Harta Melimpah, Namun Oei Hui Lan Putri Konglomerat Semarang Era Belanda Ini Bernasib Tragis
BACA JUGA:'Megatron' Indonesia, Megawati Hangestri Pemain Voli Putri Idola di Korea Selatan, Awalnya Diragukan
Princen pun dipenjara di lokasi yang berpindah-pindah dari Vaught, Utrecht, Amersfoort, dan akhirnya di Bocholt, Jerman. Di dalam penjara itulah Princen mendapat julukan Poncke.
Julukan tersebut diambil dari roman berjudul Leven en daden van Pastoor Poncke van Damme in Vlaanderen Pastoor Poncke (1941) karya Jan Eekhout (1900-1978). Julukan itu diberikan Princen lantaran Dia kerap membacakan kisah roman itu kepada tahanan lain.
Usai perang berakhir, pada Mei 1945 Princen pun dibebaskan tentara sekutu dari penjara. Masih beberapa bulan menghirup udara bebas, pada Desember 1945 Princen mendapat panggilan wajib militer dari Kerajaan Belanda ke Indonesia.
Melansir dari berbagai sumber, Johannes Cornelis Princen seorang kopral wajib militer dari Divisi 7 Desember. Johannes Cornelis Princen yang sejak semula sudah merasa tak sreg dengan pengiriman tentara Belanda ke Indonesia.
Namun karena terancam hukuman mati, Princen tetap dipaksa untuk ikut dalam rombongan tentara yang berangkat ke tanah Jawa.
Singkat cerita awal 1947, dia tiba di Pelabuhan Tanjung Priok dan kemudian ditempatkan di Purwakarta, Jakarta dan Bogor. Saat di Jakarta dan Bogor inilah dia melihat prilaku para serdadu yang membuatnya semakin muak dengan penindasan yang dilakukan bangsanya.
BACA JUGA:Gado-Gado Makanan Khas Betawi yang Sudah Ada Sejak Zaman Belanda, Tenyata Punya Filosofi Mengagumkan
BACA JUGA:Perkebunan Warisan Belanda Yang Masih Memberi Manfaat Hingga Sekarang, Dibangun Lewat Kerja Paksa
Sekira Agustus 1948, Poncke (nama panggilan akrab Princen) melarikan diri dari kesatuannya. Dia kemudian ditangkap oleh Tentara Merah (pasukan pro FDR PKI) dan dipenjarakan di Pati.
Sebulan kemudian, Batalyon Kala Hitam dari Divisi Siliwangi membebaskannya dan memberikan kebebasan untuk kembali kepada pasukannya. Namun dia kukuh memilih untuk ikut Siliwangi long march ke Jawa Barat.