BACA JUGA:Dikenal Kejam, Ganti Rugi atau Pampasan Perang Yang Dibayar Jepang ke Indonesia, Jumlahnya Fantastis
Pada akhirnya, geliat Pasar Tanah Abang sebagai pusat perniagaan kiranya baru kembali bergairah saat Gemeente (Kota Praja) Batavia melakukan perombakan pasar secara permanen.
Sebab, dari niatan itulah Pasar Tanah Abang bisa eksis sampai hari ini dan menghidupi pedagang-pedangan yang berjualan di dalamnya.
Kisah awal berdirinya pasar tanah abang, melansir dari voi.id berawal dari dibangunnya sebuah kanal oleh Kapitan China, Phoa Bing Ham pada 1648. Kanal tersebut dibuat dengan menyodet Sungai Ciliwung.
Kehadiran kanal yang dinamai Molenvliet itu mampu melancarkan angkutan hasil hutan sekaligus mengakselarasi perkembangan daerah.
Tanah sekitar kanal ini akhirnya dibeli oleh pejabat VOC kaya raya bernama Justinus Vinck kepada tuan tanah terkenal, Cornelis Chastelein di Pusat Batavia. Disepakati tanah tersebut dibeli dengan harga 39 ribu ringgit pada 1733.
Dalam buku Alwi Shahab, Saudagar Baghdad dari Betawi (2004), menjelaskan: Berkat karya Phoa Bing Ham inilah, Justinus Vinck membangun Pasar Tanah Abang.
Petinggi VOC ini memiliki tanah bejibun di Batavia sekaligus membangun dua buah pasar Pasar Tanah Abang diresmikan bersamaan dengan saudara kembarnya Pasar Senen, 30 Agustus 1735.
Awalnya Pasar Tanah Abang yang hanya buka pada hari Sabtu dan hanya bangunan sederhana dengan atap rumbia dan berdinding gedek atau anyaman bambu.
Meski begitu, kehadiran Pasar Tanah Abang tergolong istimewa. Perkembangan pasar berperan besar dalam terbangunnya peradaban kecil di Kampung Tanah Abang.
Oleh G.J. Nawi, penulis buku Maen Pukulan: Pencak Silat Khas Betawi (2016), dijelaskan bahwa pembangunan pasar bertujuan menampung segala hasil perkebunan di daerah itu, seperti dari Kebon Kacang, Kebon Melati, hingga Kebon Pala, yang semuanya telah jadi nama kampung.*