Kustaryo juga sulit ditemukan dan lihai menyusun strategi. Karena licin, Kustaryo jadi salah satu buron Belanda. Kepalanya bahkan dihargai 10.000 gulden.
Suatu waktu, ada mata-mata yang membuat tentara Belanda tahu, Kustaryo berada di Rawagede.
Mayor militer Belanda Alphonse Jean Henri Wijnen alias Fons lantas menyiapkan strategi. Mereka bermaksud "meratakan" Rawagede agar jadi pelajaran bagi desa-desa lain yang menyembunyikan pejuang republik.
Pada 8 Desember 1947 ditengah guyuran hujan deras, Lurah Rawagede, Saukim mengetahui mata-mata Belanda yang mencurigakan.
Ia menyampaikan Markas Gabungan Pejuang (MGP) yang di dalamnya termasuk Kustaryo, agar segera hengkang dari Rawagede.
BACA JUGA:40.000 Rakyat Sipil Dihabisi Belanda Dalam Peristiwa Westerling, Kala Indonesia Sudah Merdeka
Meskipun demikian, sebagian pejuang masih terjebak di rumah masing-masing. Mereka kesulitan melakukan evakuasi karena cuaca buruk pada malam tersebut.
Di sisi lain, baik pejuang kemerdekaan maupun warga Rawagede tidak menyangka bahwa Belanda akan menyerang di tengah cuaca buruk.
Memasuki dini hari, sejak pukul 4 pagi, 9 Desember 1947, Rawagede sudah terkepung oleh tentara Belanda dalam posisi siap tempur.
Saksi mata menyatakan, pasukan Belanda sebanyak 300-an orang merangsek ke Desa Rawagede. Dalih mereka adalah untuk meringkus Kustaryo yang ternyata sudah meloloskan diri.
Tidak menemukan sosok yang mereka cari, tentara Belanda menyuruh semua laki-laki, termasuk remaja belasan tahun, keluar serta berjejer di lapangan terbuka.
Semua penduduk sepakat tutup mulut, mereka tidak memberi tahu di mana para pejuang dan Lukas Kustaryo berada.
Tentara Belanda makin murka dan benci kepada penduduk atas jawaban tersebut. Untuk melampiaskan kebenciannya, akhirnya penduduk ditembak dengan sadis.
Satu per satu disuruh baris kemudian setelah berkumpul sekitar 10-15 orang ditembaki oleh militer Belanda.
Selain mencari laki-laki dewasa, tentara Belanda pun membakar rumah penduduk jika menemukan lambang-lambang Republik atau simbol-simbol dari badan kelasykaran.
Rumah-rumah yang dibakar antara lain milik Lurah Suminta, Iyob Armada, Gouw Kim Wat (keturunan Cina), dan beberapa rumah lainnya.