RADARMUKOMUKO.COM - Seperti diketahui, Belanda yang belum rela Indonesia menjadi negara merdeka setelah proklamasi 17 Agustus 1945, kembali datang untuk menguasai Indonesia dengan memboncengi Sekutu.
Dampaknya perlawanan dari bangsa Indonesia kembali menggema di berbagai daerah, bahkan beberapa kali terjadi perperangan besar Indonesia melawan Belanda bersama sekutunya.
Sebagai bangsa yang baru saja merdeka, tentu Indonesia kala itu masih serba kekurangan persenjataan. Pertempuran yang terjadi kadang tak seimbang.
Belanda bertindak sangat kejam dengan melakukan penyerangan, perbudakan hingga pembataian masyarakat sebuah bangsa yang sudah merdeka.
Tercatat Apalagi, Belanda melancarkan dua agresi militer yang nyaris membikin pemerintahan Republik Indonesia lumpuh.
Salah satu peristiwa yang cukup memilukan dan menyakitkan adalah Pembantaian Rawagede, yaitu tragedi pembunuhan yang dilakukan Belanda terhadap penduduk Kampung Rawagede yang sekarang Desa Balongsari, Karawang, Jawa Barat, 9 Desember 1947.
Kejadian ini merupakan salah satu kasus paling berdarah dalam sejarah Indonesia. Hanya dalam beberapa jam, sebanyak 431 orang dihabisi oleh militer Belanda di Rawagede kala itu.
BACA JUGA:Tragedi Mandor Berdarah, Kejamnya Jepang Menewaskan Ribuan Orang Hingga Satu Generasi Hilang
Sejarahnya, tahun 1947 Belanda berhasil menguasai Jawa Barat. Para pejuang kemerdekaan mundur ke perdesaan.
Untuk mempertahankan kemerdekaan bersama rakyat sipil, para pejuang kembali menghantui tentara Belanda.
Dalam kondisi kalah persenjataan, taktik gerilya menjadi andalan.
Di antara yang bergerilya ialah kelompok pejuang di bawah kendali kapten tentara Indonesia bernama Lukas Kustaryo.
Kapten Kustaryo dan kawan-kawan bertahan di Rawagede (sekarang Balongsari). Gerilya mereka sempat merepotkan tentara Belanda.
BACA JUGA:7 Peristiwa Pemberontakan Setelah Indonesia Lepas dari Penjajah, dari PKI Hingga Papua Merdeka