Kehebatan 'Pasukan Hantu' Suku Dayak Rontokkan Penjajah Belanda dan Jepang

Selasa 25-07-2023,12:27 WIB
Reporter : Tim Redaksi RM
Editor : Amris

Mengutib dari okezone.com, tidak hanya Belanda yang gagal menguasai wilayah Kalimantan. Tentara Jepang yang dikenal bengis dan haus darah itu juga tidak bisa menembus pedalaman hutan Kalimantan karena kuatnya persatuan suku Dayak Kalbar.

BACA JUGA:9 Perang Besar Bangsa Indonesia Melawan Penjajah, Nomor 8 Pasti Ingat

Perang melawan tentara Jepang ini terjadi pada April hingga Agustus 1944. Perang tersebut dikenal juga dengan Perang Madjang Desa di Embuan Kunyil, Kecamatan Maliau, Kabupaten Sanggau.

Perang ini sangat sadis dan brutal. Berawal dari pengepungan tentara Jepang di gedung Landraadweg, Jalan Jenderal Urip sekarang, pada 1943. Dalam gedung itu, berkumpul 500 orang tokoh Dayak diseluruh Kalbar, untuk sebuah konferensi.

Semua tokoh Dayak di Kalbar datang saat itu. Mulai dari pemuda, alim ulama, wanita, Sultan Sambas, para pangeran dan panembahan, semuanya hadir. Awalnya, pertemuan berlangsung kondusif dengan para wanita dijadikan pelayan. Para pelayana itu lalu menaruh racun ke dalam minuman para opsir tentara Jepang.

Celakanya, aksi ini ketahuan. Jepang sangat marah dan mengumpulkan semua tokoh yang datang. Mereka lalu diangkut dengan menggunakan truk dan dibunuh. 

BACA JUGA:Legenda Ular Nabau Berkepala Naga Penjaga Hutan Kalimantan Oleh Suku Dayak

Sejak itu, pembunuhan oleh tentara Jepang di Kalbar menjadi semakin brutal. Pada 21 Desember 1943, sebanyak 23 orang pemimpin pergerakan dibantai oleh tentara Jepang di pinggir jalan. Kepala mereka dipancung. Tercatat, sebanyak 750 orang lainnya juga dilakukan pembunuhan secara massal oleh Jepang. 

Pada Juni 1943, pemimpin gerakan ilegal yang juga Gubernur Kalimantan BJ Haga akan melakukan pemberontakan. Tetapi rencana ini bocor oleh mata-mata Jepang. 

Sebanyak 275 orang yang dicurigai, kemudian ditangkap dan dibunuh. Nasib BJ Haga tidak kalah buruk. Pembantaian itu dilakuan di Desa Mandor dan dikenal sebagai Peristiwa Mandor.

Saat itu, pembunuhan oleh tentara Jepang hampir berlangsung setiap hari. Tidak hanya membunuh, para tentara Jepang juga melakukan pemerkosaan terhadap para wanita dan merampas semua harta benda milik penduduk. Jika permukaan kota, penaklukan dilakukan dengan mudah. Tidak demikian di kawasan pedalaman Dayak Kalbar.

Pertama-tama, mereka menyita semua perlengkapan perang yang bisa digunakan oleh penduduk, seperti senapan lantak, sumpit, mandau, panah, tombak, parang dan lainnya. Semuanya senjata tradisional. Dengan persenjataan lengkap dan modern, tentara Jepang masuk ke dalam pedalaman hutan Kalbar.

BACA JUGA:Ini Alasan Gadis Dayak Dikenal Cantik dan Berkulit Putih Mulus

Saat itu, pekik perang sudah menggema. Seruan untuk berperang ini disambut dengan darah mendidih oleh suku Dayak. Semua suku telah datang berkumpul, mulai dari Iban, Sungkung, Seribas, Kantuk, Punan, Bukat dan lainnya. 

Mereka telah menyiapkan siasat menumpas habis musuh dengan sandi perang darah pembersihan atau air yang dibersihkan.

Menghadapi sumpit beracun dan mandau orang Dayak perdalaman, tentara Jepang berhasil ditekuk ditumpas habis. Sejumlah tokoh yang berjasa dalam peristiwa itu terdiri dari Pangsuma, Pang Dandan, dan Pang Solang.

Kategori :