Tahap pertama akan dilakukan di usia 11-12 tahun pada bagian pangkal lengan. Kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua diusia 18-19 tahun pada bagian paha dan yang terakhir ketika seseorang telah dianggap dewasa.
Proses penatoan dilakukan oleh sipatiti atau seniman tato di Suku Mentawai. Sipatiti akan menggambar sketsa tato dengan lidi kemudian sketsa tersebut akan diberi warna.
BACA JUGA:Mengenal Suku Bugis, Keras, Haus Membunuh hingga Menjunjung Tinggi Kerhomatan
Seperti layaknya tato biasa, tinta akan dimasukan didalam kulit. Yang berbeda, pemasukan tinta dalam kulit di Suku ini menggunakan jarum kecil yang dipasang di kayu kecil.
Jarum kecil yang sudah diberi pewarna dari campuran daun pisang dan arang tempurung kelapa tersebut lantas dipukul-pukul kecil melalui alat kayu sehingga jarum dapat masuk kedalam kulit namun tidak menembus daging. Tradisi ini memang menyakitkan dan tak jarang menyebabkan efek demam untuk mereka yang ditato.
Bagi masyarakat Mentawai, tato melambangkan roh kehidupan, untuk itu tato untuk pemburu berbeda dengan yang lainnya.
BACA JUGA:Mengenal Suku Asmat Papua, Titisan Dewa, Ahli Mengukir dan Pakaian dari Daun
Tato pemburu akan dikenal dengan gambar binatang tangkapannya seperti rusa, monyet, burung, atau babi. Sedangkan tato untuk sikerei (dukun Mentawai) akan bergambar bintang “sibalu-balu” di tubuh mereka.
Tradisi Sikerei
Keunikan Suku Mentawai berikutnya yaitu Sikerei atau dukun di Suku Mentawai yaitu orang yang dipercaya memiliki kekuatan supranatural dan kedekatan dengan roh leluhur untuk menyembuhkan penyakit.
Dalam menyembuhkan orang sakit, sikerei akan memberikan ramuan obat dan dilanjutkan dengan tarian mistis atau disebut dengan Turuk.
Rakyat Mentawai percaya ketika ada seseorang yang sakit, jiwa dari dirinya sedang meninggalkan tubuhnya sehingga Sikerei akan bertugas dengan memanggil kembali jiwa tersebut.
Untuk menjadi Sikerei ternyata tidak mudah. Seorang sikerei harus melewati tahapan dalam hitungan tahun, diuji secara mental maupun fisik mulai dari kemampuan meramu obat-obatan hingga meditasi untuk menemui roh leluhur para sikerei atau dalam bahasa lokal disebut dengan Pageta Sabbau.
BACA JUGA:Sayang Destinasi Wisata Ekstrem di Aceh Eksotis dan Menantang, Tapi Belum Banyak Yang Meliriknya
Tidak semua orang mampu dan mau menjadi sikerei. Oleh karena itu, biasanya sikerei ditunjuk berdasarkan keturunan. Sebagai syarat pengangkatan sikerei, mereka yang ditunjuk haruslah memotong babi dan ayam.
Meskipun dalam strata sosial Sikerei memiliki strata paling atas, namun sikerei bukan serta-merta bebas melakukan apa yang ingin dia lakukan. Beberapa pantangan harus dipatuhi seperti larangan untuk makan pakis, babi, bilou (sejenis monyet khas mentawai), belut, tupai dan kura-kura.