4 Aturan Hidup Suku Kubu, Dilarang Berduaan Hingga Pindah Jika Keluarga Meninggal

Minggu 11-06-2023,16:37 WIB
Reporter : Tim Redaksi RM
Editor : Amris

Dalam komunitas Suku Anak Dalam memiliki aturan keras mengenai laki-laki dan perempuan. Mereka melarang keras laki-laki dan perempuan berduaan. 

Bagi yang ketahuan akan dikenakan hukuman kawin paksa. Namun, sebelum dikawinkan, mereka terlebih dahulu akan dihukum cambuk rotan karena dianggap memalukan orang tua.

Selain itu, terdapat aturan lain. Bagi pria asing yang masuk hutan harus ditemani pria dari Suku Anak Dalam. 

Setelah masuk pun, mereka harus meneriakkan “Ado jentan kiuna? (ada laki-laki di sana?)” untuk memastikan apakah ada pria lain di sana. 

Jika sudah mendapat jawaban dari yng diteriaki, mereka baru diperbolehkan masuk ke dalam hutan.

4. Mandi

Suku Anak Dalam hidup bersahaja dengan alam. Mereka  hidup secara sederhana di dalam hutan. 

Mereka terbiasa tidur dengan merebahkan diri di tanah. Namun, ada beberapa kelompok yang membangun tenda di dalam hutan. 

Untuk urusan mandi, mereka memanfaatkan sungai yang ada di hutan maupun di sekitar tempat tinggal mereka. 

Mereka tidak perlu menggunakan sabun atau peralatan mandi lainnya. Mereka cukup menyeburkan diri ke sungai hingga mereka anggap bersih. 

BACA JUGA:5 Teori Asal Usul Suku Jawa, Masyarakat Peradaban Paling Maju

Kembali ke sejarah suku anak dalam atau suku kubu, hingga saat ini belum ada bukti tertulis dari mana asal Suku Anak Dalam. Oleh sebab itu sejarah mengenai Suku Anak Dalam diperoleh dari tradisi lisan dan cerita yang ada di masyarakat.

Menurut tradisi lisan tersebut, nenek moyang Suku Anak dalam berasal dari Maalau Sesat. Mereka melakukan pelarian ke hutan rimba yang ada di Air Hitam, Taman Nasional Bukit Duabelas. Orang Maalau Sesat yang lari tersebut kemudian disebut sebagai Moyang Segayo.

Namun ada juga yang berpendapat bahwa Orang Anak Dalam berasal dari Pagaruyung yang mengungsi ke Jambi. Pendapat ini diperkuat dengan kesamaan bahasa dan tradisi antara Suku Anak Dalam dengan Minangkabau. Contoh kesamaannya adalah sistem kekerabatan matrilineal yang ternyata juga digunakan oleh Suku Anak Dalam.

BACA JUGA:Ini Asal Usul 7 Suku Pendatang di Indonesia Awal Urusan Ini, Lama-Lama Jadi Betah

Sumber lain yang dikumpulkan oleh Muchlas pada tahun 1975 menyatakan bahwa ia telah mempelajari berbagai cerita lisan mengenai Suku Anak Dalam. Beberapa cerita itu adalah Tambo Anak Dalam dari Minangkabau, Buah Gelumpang, Cerita Seri Sumatera Tengah, Cerita Orang Kayu Hitam, Cerita Perang Jambi dengan Belanda, Cerita Turunan Ulu Besar dan Bayat, Cerita Tentang Orang Kubu, dan Cerita Tambo Sriwijaya.

Kategori :