Bagaimana dan Mengapa Bulan Ramadhan Disyariatkan? Menelusuri Makna Filosofis, Keutamaan, dan Dampak Positif

Bagaimana dan Mengapa Bulan Ramadhan Disyariatkan? Menelusuri Makna Filosofis, Keutamaan, dan Dampak Positif--
RMONLINE.ID – Kata “Ramadhan” berasal dari akar kata bahasa Arab “ramida” atau “ar-ramad,” yang secara harfiah berarti “panas yang menyengat” atau “membakar.” Penggunaan kata ini diyakini terkait dengan tradisi Arab kuno, di mana penamaan bulan disesuaikan dengan kondisi cuaca pada saat itu. Ketika sistem penanggalan bulan ditetapkan, bulan ini bertepatan dengan musim panas yang terik di tanah Arab.
Namun, makna Ramadhan tidak terbatas pada fenomena alam. Secara simbolis, “ramad” juga mengacu pada proses pembakaran dosa dan pembersihan jiwa. Bulan Ramadhan menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk “membakar” keburukan, kesalahan, dan penyakit hati melalui ibadah, pengendalian diri, dan peningkatan ketakwaan.
Penetapan Puasa Ramadhan: Wahyu Ilahi dan Perubahan Paradigma
Kewajiban puasa Ramadhan pertama kali diwahyukan pada tahun kedua Hijriyah, sekitar tahun 624 Masehi. Peristiwa ini terjadi setelah Nabi Muhammad SAW dan para sahabat hijrah ke Madinah. Ayat 183 surah Al-Baqarah menjadi landasan hukum kewajiban puasa, yang berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
BACA JUGA:6 Negara Dengan Makanan yang Dianggap Paling Tidak Enak di Dunia
BACA JUGA:6 Tips Menenangkan Hati Saat Merasa Tidak Dianggap
Penetapan puasa Ramadhan menandai perubahan paradigma dalam praktik keagamaan. Jika sebelumnya puasa dilakukan sebagai bentuk penebusan dosa atau pengasingan diri, Islam memperkenalkan puasa sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran spiritual, empati sosial, dan pengendalian diri.
Jejak Puasa dalam Sejarah Peradaban Manusia
Praktik puasa bukan fenomena baru yang muncul dalam Islam. Jauh sebelum Islam, berbagai peradaban dan agama telah mengenal puasa sebagai bentuk ritus keagamaan atau penyucian diri. Bangsa Mesir kuno, misalnya, melakukan puasa sebagai bagian dari ritual keagamaan mereka. Begitu pula dengan tradisi puasa dalam agama Yahudi dan Kristen.
Dalam konteks ini, Islam hadir untuk menyempurnakan dan mengarahkan praktik puasa agar sesuai dengan prinsip-prinsip tauhid dan kemaslahatan umat manusia.
Peran Nabi Muhammad SAW dalam Memandu Umat Melaksanakan Puasa
Nabi Muhammad SAW memberikan contoh dan tuntunan yang rinci mengenai pelaksanaan puasa Ramadhan. Beliau menjelaskan waktu dimulainya puasa (imsak) dan waktu berbuka (iftar), serta anjuran untuk makan sahur. Selain itu, beliau menekankan pentingnya menjaga lisan, perbuatan, dan pikiran selama berpuasa.
BACA JUGA:5 Makanan Rahasia yang Terbukti Efektif Bikin Kulit Kencang, Cerah, dan Bebas Kerutan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: