Tren Toner Air Beras, Benarkah Baik untuk Kulit?

Tren Toner Air Beras, Benarkah Baik untuk Kulit?

Tren Toner Air Beras, Benarkah Baik untuk Kulit?--Sumber Foto : Linisehat.com

Beberapa ahli kecantikan merekomendasikan penggunaan air beras sebagai cara alami untuk meredakan eksim atau dermatitis.

BACA JUGA:5 Cara Sederhana untuk Lindungi Kulit dari Sinar UV, Ngga Cuma Pake Suncreen

BACA JUGA:Marketing Analyst! Begini Peran dan Tugas yang Dikerjakan Marketing Analyst

3. Meningkatkan Elastisitas Kulit

Selain melindungi, air beras juga dipercaya dapat meningkatkan elastisitas kulit. Kandungan vitamin dan mineralnya mampu menutrisi kulit, membuatnya terasa lebih lembut dan kenyal setelah pemakaian teratur. 

Hal ini yang menyebabkan banyak produk perawatan kulit memasukkan air beras dalam komposisinya.

Air beras bukanlah hal baru dalam dunia kecantikan. Di beberapa negara Asia, terutama di Jepang dan Korea, air beras telah digunakan secara tradisional untuk merawat kulit dan rambut. 

Wanita Jepang pada zaman kuno sering menggunakan air beras untuk menjaga kelembutan kulit dan kilau rambut mereka. 

Tradisi ini terus berkembang dan kini semakin banyak diadopsi dalam berbagai produk kecantikan modern.

Beberapa merek kecantikan ternama juga telah memanfaatkan manfaat air beras dengan menciptakan toner, serum, dan masker wajah berbasis air beras. 

Produk-produk ini dirancang untuk memberikan hidrasi mendalam, meningkatkan kecerahan kulit, serta memperbaiki tekstur kulit yang kasar.

Meski toner air beras dianggap aman untuk kebanyakan orang, tidak semua jenis kulit mungkin cocok dengan penggunaan bahan alami ini. Beberapa orang mungkin mengalami reaksi alergi atau iritasi, terutama jika air beras yang digunakan terlalu pekat atau tidak diolah dengan baik. 

Oleh karena itu, sebelum menggunakan toner air beras, sangat dianjurkan untuk melakukan uji coba pada area kecil kulit terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada reaksi negatif.

Selain itu, penting untuk dicatat bahwa manfaat air beras untuk kulit masih memerlukan lebih banyak penelitian ilmiah. 

Meskipun sudah ada beberapa studi yang menunjukkan potensinya, sebagian besar klaim mengenai keefektifannya masih didasarkan pada pengalaman tradisional dan uji laboratorium awal.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: