Elak Risiko Kapal Karam, Nelayan Mukomuko Hentikan Aktivitas Melaut

Elak Risiko Kapal Karam, Nelayan Mukomuko Hentikan Aktivitas Melaut

Dua Nelayan asal Kecamatan Ipuh dan Kota Mukomuko Supri dan Misral temui pejabat Dinas Perikanan Mukomuko di situasi libur melaut akibat gelombang tinggi--Foto : Ibnu Rusdi

Setiap kali berangkat melaut, kata Supri, kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) rata-rata 60 liter per hari. 

‘’Untuk saya pribadi menggunakan mesin tempel 15 PK. Setiap melaut butuh minyak rata-rata sekitar 60 liter,’’ ujarnya. 

Hasil yang didapatkan dari aktivitas usaha melaut ini tidaklah menentu. Takaran pendapatan hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari. 

Diakui Supri, rata-rata per harinya pihaknya mendapatkan hasil dari penjualan hasil tangkapan Rp150 ribu hingga Rp200 ribu. 

‘’Kami masih pakai alat tangkap tradisional, ada jaring, rawai, pancing dan pukat lore. Hasilnya memang tak menentu, terkadang hanya bisa untuk kebutuhan sehari-hari saja,’’ ujarnya. 

Yang lebih menyedihkan lagi ketika tiba masa gelombang tinggi. Kata Supri, para nelayan dari zona tangkapnya tak bisa melaut dan beralih ke aktivitas sampingan.  

BACA JUGA:Tokoh Presidium Tantang Anggota DPRD Mukomuko Bentuk Perda Berkualitas Tingkatkan PAD Daerah

BACA JUGA:Anggaran DAK 2024, Pemkab Mukomuko Bangun Jalan dan Saluran Irigasi

‘’Kalau kami nelayan Ipuh, ketika gelombang tinggi ada yang beralih ke sawah dan ada juga yang ke kebun. Tapi kemarin, ada yang memaksakan diri melaut dan perahunya nyaris karam,’’ terangnya. 

Salah satu Nelayan di Kelurahan Koto Jaya, Kecamatan Kota Mukomuko, Misral (50) juga memilih tak melaut saat gelombang tinggi.

Dirinya mengungkapkan gelombang tinggi terjadi sejak satu minggu terakhir ini, namun ia sempat melaut namun hanya 3 kali dari biasanya 6 kali melaut dalam satu minggu jika cuaca normal.

“Minggu ini hanya 3 kali pergi kelaut, karena ombak tinggi, kami tidak berani melaut,” kata Misral.

Misral juga mengungkapkan, dengan adanya gelombang tinggi dirinya hanya mendapatkan penghasilan sekitar Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu saat melaut.

Ia juga sempat, mencari tempat pinjaman dengan pemilik gudang ikan, namun pihak pemilik gudang belum berani memberikan pinjaman lantaran tangkapan ikan sedang sepi.

“Mau cari pinjaman orang belum berani memberikan, karena saat ini tangkapan ikan sedang menurun karena gelombang tinggi. Jadi tinggal pintar-pintar kita ngatur uang, kalau untuk kerjaan lain tidak ada,” tutup Misral.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: