Kisah Perjuangan Barisan Selempang Merah Saat Mengusir Belanda dari Kuala Tungkal Jambi

Kisah Perjuangan Barisan Selempang Merah Saat Mengusir Belanda dari Kuala Tungkal Jambi

Kisah Perjuangan Barisan Selempang Merah Saat Mengusir Belanda dari Kuala Tungkal Jambi-Istimewa/Dok-Berbagai Sumber

Sasaran penghancuran lokasi yang ingin dihancurkan Belanda salah satunya adalah tempat ibadah. Karena saat serangan tersebut pasukan Belanda tidak segan-segan meruntuhkan menara Masjid Agung saat sedang ramai orang yang tengah beribadah. 

Akibat kejadian tersebut para jamaah bubar guna menghindari seragan Belanda yang sudah membabi buta. Akibat peristiwa itu juga masyarakat, staff pemerintahan dan TNI juga mulai mengungsi.

Para staff pemerintahan mengungsi ke Pembengis, letaknya hanya sejauh 7 km dari Kuala Tungkal. Sedangkan untuk rombongan pengungsi lain mereka tinggal di Tungkal I, Pematang Lumut dan Pematang Bulu.

Pada hari yang sama saat terjadinya penyerangan, terpatnya pukul 4 sore, Belanda dengan caranya sendiri berhasil menguasai wilayah Kuala Tungkal.

BACA JUGA:Menjadi Penyebab Diabetes, Inilah Tanda-Tanda Tubuh Kelebihan Gula yang Jarang Disadari

BACA JUGA:Penting Untuk Tahu! Inilah Jenis-Jenis Wawancara dalam Kerja dan Cara Menyiapkan Wawancara Kerja

Demi membalas serangan Belanda, tepat keesokan harinya 22 Januari 1949, Panglima Adul datang menemui KH. M. Daud Arief yang berada di wilayah Tungkal V, tujuannya adalah untuk merundingkan serangan balasan yang akan dilakukan keesokan harinya, 23 Januari 1949.

Akhirnya terbentuklah Selempang Merah yang dipimpin oleh Abdul Samad dan 24 anggota pasukan, atau dikenal juga dengan sebutan Panglima Adul Samad, Setiap anggota Selempang Merah akan diberikan tanda pengenal berupa pita merah. 

Mereka bertugas melakukan penyerangan pada Belanda yang berhasil menduduki wilayah Kuala Tungkal.

Saat penyerangan tengah berlangsung, baku tembak senjata antara kedua belah pihak terus terjadi. Selempang Merah dan Belanda sama-sama melindungi diri dengan pelurunya. Namun Belanda nyatanya tidak menyerah dengan penyerangan ini.

Memasuki tanggal 28 Januari 1949, TNI juga turun ke lapangan guna melakukan penyerangan pada Belanda. TNI yang dipimpin langsung oleh Letda A. Fatah L ini bergerak ke wilayah Desa Pembengis untuk bisa sampai Kualat Tungkal.

Tidak sampai disitu saja, gabungan pasukan TNI dan Selempang Merah pun bekerja sama untuk mengusir Belanda yang tidak ingin pergi dari Kuala Tungkal. Pada tanggal 13 Februari 1949 serangan dilakukan oleh 115 orang pasukan gabungan.

Berbagai pertempuran dengan belanda terus terjadi, termasuk pertempuran di laut yang akhirnya mengakibatkan gugurnya pemimpin salah salah satu kelompok selempang merah Adul Samad.

Penyerangan terus dilakukan hingga 16 Maret 1949. Namun sayangnya pertempuran tanggal 16 Maret juga menelan cukup banyak korban. 90 anggota pasukan gugur dalam medan perang.

Tetapi, walaupun demikian pengusiran Belanda oleh Pasukan Gabungan harus tetap diapresiasi. Korban yang gugurlah yang menjadikan wilayah Kuala Tungkal saat ini bisa dijadikan pemukiman yang aman dan merdeka.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: