Asal Usul Kata 'Banyak Anak Banyak Rezeki', Ternyata Politik Kejam Belanda
Asal Usul Kata 'Banyak Anak Banyak Rezeki', Ternyata Politik Kejam Belanda -Ilustrasi-Berbagai Sumber
RADARMUKOMUKO.COM - Kata-kata "Banyak Anak Anak Rezeki" sering diucapkan. Kata ini bahkan dipakai pihak yang menantang kebijakan Keluarga Berencana (KB) yang digalakkan pemerintah sejak awal.
Siapa sangka, kalimat ini oleh Belanda di gunakan sebagai alat untuk melancarkan tujuannya mengeruk kekayaan bumi nusantara.
Saat itu, warga yang memiliki lebih dari 10 anak akan diberi hadiah, dikarenakan belanda membutuhkan sumber daya manusia dari indonesia untuk kemudian di pekerjakan guna mensejahtrakan negara Belanda.
Rakyat indonesia yang terdesak akan kebutuhan ekonomi, harus memenuhi kebutuhan kompeni Belanda ini, rakyat yang menuruti perintah kemudian mendapatkan hadiah yaitu sumber pangan selama 1 tahun yang dibiayai oleh pemerintah Belanda.
BACA JUGA:Batasan Waktu Mencoblos Surat Suara Pemilu 2024 Maksimal 5 Menit
BACA JUGA:Jalan Tembus Mukomuko – Kerinci 45 Kilometer, Sekitar Satu Jam Perjalanan Melewati Hutan TNKS
Bagi rakyat yang melanggar bagi laki-laki akan dibunuh dan bagi perempuan akan di perkosa oleh tentara Belanda.
Maka ada pendapatan “Banyak Anak Banyak Rizki” muncul antara Tahun 1830-1870.
Melansir dari voi.id, tingginya angka kelahiran disengaja untuk memenuhi tenaga kerja yang dibutuhkan Belanda untuk tanam paksa maupun kerja Rodi.
Secara sederhana, sistem tanam paksa mewajibkan rakyat untuk menanam komoditas ekspor seperti kopi di tanah mereka dan hasil panennya diserahkan ke pemerintah Belanda. Itu sebagai pengganti kewajiban pajak tanah.
Jadi rakyat tidak bayar pajak, tapi hasil panennya diambil Belanda.
Belanda sendiri butuh tenaga kerja lebih banyak agar roda ekonomi mereka lewat sistem tanam paksa bisa terus berputar.
BACA JUGA:Orang Terkaya di Dunia Warren Buffett Ungkap 15 Aset yang Lebih Baik daripada Uang Tunai
BACA JUGA:Cari Talenta Terbaik, BRI Buka Program BRILiaN Marketing Specialist Program (BMSP)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: