Kisah Cinta Pahlawan Nasional Teuku Umar Suami Kedua Dari Cut Nyak Dhien

Kisah Cinta Pahlawan Nasional Teuku Umar Suami Kedua Dari Cut Nyak Dhien

Kisah Cinta Pahlawan Nasional Teuku Umar Suami Kedua Dari Cut Nyak Dhien--

BACA JUGA:Sederet Pahlawan Nasional Yang Jarang Diingat, Jarang ada Dalam Buku Pelajaran

BACA JUGA:Pahlawan Yang Tak Pernah Kalah Lawan Belanda Hingga Usia Senja, Berjuluk Tuan Yang Diberkahi

“Teuku, pat luka,” tanya Cut Nyak Dhien. Teuku Umar tahu maksud Cut Nyak Dhien. Dia pun mengaku kalau luka itu hanyalah akal-akalannya agar Cut Nyak Dhien mau menikah dengan dirinya.

Keromantisan Teuku Umar dengan Cut Nyak Dhien tak berlangsung lama. Teuku Umar menjadi sosok pengganti Teuku Ibrahim hilang pada 1883 atau tiga tahun usai mereka menikah. 

Hati Cut Nyak Dhien semakin hancur, saat mengetahui Umar membelot ke Belanda.

Melalui Pang Karim, sosok yang dikenal dengan Teuku Meulaboh, Cut Nyak Dhien menitip pesan ke suaminya itu yang berada di markas Belanda itu.

“Tunggu Apalagi Pang Karim!! (Bentak Cutnyak Dhien), sampaikan kepada Teuku Umar bahwa Teungku Fakinah telah siap sedia menanti kedatangan Teuku Umar di Lamdiran (Markas Sukey Fakinah). Sekarang, barulah dinilai perjuanganmu cukup tinggi, pria melawan wanita yang belum pernah terjadi pada masa nenek moyang kita. Kafir sendiri segan memerangi wanita. Karena itu, Teuku didesak berbuat demikian. Sudah dahulu kuperingatkan: jangan- lah menyusu pada badak,” kata Cut Nyak Dhien dalam bahasa Aceh.

Pesan ini sampai ke telinga Teuku Umar dengan cepat. Teuku Umar gundah. Sekitar tahun 1884, Umar kembali  ke pejuang Aceh.

BACA JUGA:Mengenal Rencong Puuk Ranub Lam Pulo, Senjata Sakti yang Membuat Cut Nyak Dhien Tak Mudah Ditangkap

BACA JUGA:Kisah Perlawanan Cut Meutia Pahlawan Cantik dan Anggun dari Aceh

Namun September 1893, Teuku Umar kembali menyerahkan diri kepada Gubernur Deykerhooff di Kutaradja bersama 13 orang Panglima bawahannya, setelah mendapat jaminan keselamatan dan pengampunan. 

Teuku Umar dihadiahi gelar Teuku Johan Pahlawan Panglima Besar Nederland. Istrinya, Cut Nyak Dien sempat bingung, malu, dan marah atas keputusan suaminya itu. Umar suka menghindar apabila terjadi percekcokan.

Kemudian pada 30 Maret 1896, Teuku Umar kembali keluar dari dinas militer Belanda dengan membawa pasukannya beserta 800 pucuk senjata, 25.000 butir peluru, 500 kg amunisi, dan uang 18.000 dollar.  

Berita larinya Teuku Umar menggemparkan Pemerintah Kolonial Belanda. Gubernur Deykerhooff dipecat dan digantikan oleh Jenderal Vetter.

Teuku Umar sendiri meninggal pada 1899, tertembak dalam gempuran pasukan Van Heutsz. Cut Nyak Dhien meneruskan perjuangan hingga dibuang ke Sumedang.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: