Kayu Pucang Kalak Bahan Tongkat Sakti Presiden Soekarno Ternyata Berasal Dari Daerah Ini

Kayu Pucang Kalak Bahan Tongkat Sakti Presiden Soekarno Ternyata Berasal Dari Daerah Ini

Asal Tongkat Sakti Presiden Soekarno--

BACA JUGA:Kacamata Soekarno Tembus Pandang, Melihat Orang Seperti Telanjang, Begini Fakta Sebenarnya

BACA JUGA:5 Istri Soekarno Yang Memiliki Anak, Fatmawati dan Hartini Lahirkan 7 Anak Sang Proklamator 

Suatu malam Bung Karno didatangi orang dengan membawa sebalok kayu pohon Pucang Kalak yang ia potong dengan tangannya, balok itu diserahkan kepada Bung Karno.

"Untuk menghadapi para Jenderal..!! "kata orang itu.

Lalu Bung Karno menyuruh salah seorang seniman Yogyakarta untuk membuat kayu itu menjadi Tongkat Komando.

Pada penulis biografinya Bung Karno, ‘Penyambung Lidah Rakyat Indonesia’, Cindy Adams, Bung Karno berkata bahwa tongkat komandonya itu tidak memiliki daya sakti atau daya linuwih.

Masih dikatakan Roso Daras, penulis buku "Soekarno, Serpihan Sejarah yang Tercecer", tongkat ini mulai dipakai Soekarno sejak 1952, tepatnya setelah peristiwa demonstrasi 17 Oktober 1952.

Bung Karno memiliki tiga Tongkat Komando yang bentuknya sama. Satu tongkat yang ia bawa saat keluar negeri, satu tongkat untuk berhadapan dengan para Jenderalnya, dan satu tongkat lagi yang selalu ia bawa saat berpidato.

Soekarno diyakini memiliki tongkat sakti sebagai salah satu pusaka sakti yang sering ia bawa ke mana-mana. Tongkat ini dianggap menjadi penyelamatnya dari berbagai upaya pembunuhan yang menyerangnya sampai 7 kali.

Dalam biografi itu diceritakan, pernah pada suatu saat dalam pertemuannya dengan Presiden Kuba, Fidel Castro.

Castro memegang tongkat Bung Karno dan bercanda.

"Apakah tongkat ini sakti seperti tongkat kepala suku Indian..??" kelakar Castro.

Cerita lain tentang tongkat Soekarno, adalah saat ia berkunjung ke Gedung Putih, Amerika Serikat pada tahun 1961.

Saat itu, Soekarno bertemu dengan Presiden AS Dwight D. Eisenhower dan meninggalkan tongkat komandonya di salah satu ruangan di Gedung Putih.

Ketika ia hendak mengambilnya kembali, ia terkejut melihat pengawal-pengawal Presiden AS tidak bisa mengangkat tongkat tersebut. Hanya Soekarno yang bisa mengangkat tongkat tersebut dengan mudah.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: