Mentawai, Suku Tertua dengan Tradisi Tato Kuno, Makan Pokok Sagu Hingga Tarian Mistis

Mentawai, Suku Tertua dengan Tradisi Tato Kuno, Makan Pokok Sagu Hingga Tarian Mistis

Mentawai, Suku Tertua dengan Tradisi Tato Kuno, Makan Pokok Sagu Hingga Tarian Mistis-Istimewa-agendaindonesia.com

RADARMUKOMUKO.COM - Suku Mentawai tercatat sebagai salah satu suku tertua di Indonesia yang merupakan pendudu asli Kepulauan Mentawai, Pulau Siberut di Provinsi Sumatera Barat. Mereka juga ada di Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan.

Suku Mentawi termasuk dalam daftar suku paling unik di Indonesi karena memiliki berbagai kebudayaan dan tradisi yang cukup memukau. 

Berikut beberapa keunikan dan khas suku Mentawai Sumatera Barat dilansir dari berbagai sumber:

Seni Merajah Tubuh (Tato)

Suku Mentawai punya tradisi tato yang dianggap sebagai tato tertua di dunia. Melansir dari situs GNFI, Seni lukis diatas kulit alias tato di suku ini telah ada sejak kedatangannya di Pantai Barat Sumatera yakni pada 1500 SM – 500 SM atau pada zaman Logam.

Banyak yang beranggapan bahwa tato berawal dari peradaban Mesir, yakni pada 1300 SM. Tato bagi masyarakat Suku Mentawai memiliki makna yakni keseimbangan. Oleh karenanya, objek seperti batu, hewan, dan tumbuhan harus diabadikan di tubuh mereka.

BACA JUGA:Mengenal Tarian Pitu, 7 Peradian Adat Tradisional Suku Toraja, Keputusan Bersifat Mutlak

BACA JUGA:Mengenal Jenis Rumah Adat Tradisional Provinsi Lampung dan Fungsinya

Tidak seperti pada umumnya dimana pelukisan tato dapat selesai dalam waktu singkat, tato di Suku Mentawai memiliki 3 tahap. Tahap pertama akan dilakukan di usia 11-12 tahun pada bagian pangkal lengan. Kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua diusia 18-19 tahun pada bagian paha dan yang terakhir ketika seseorang telah dianggap dewasa.

Proses penatoan dilakukan oleh sipatiti atau seniman tato di Suku Mentawai. Sipatiti akan menggambar sketsa tato dengan lidi kemudian sketsa tersebut akan diberi warna.

Seperti layaknya tato biasa, tinta akan dimasukan didalam kulit. Yang berbeda, pemasukan tinta dalam kulit di Suku ini menggunakan jarum kecil yang dipasang di kayu kecil.

Jarum kecil yang sudah diberi pewarna dari campuran daun pisang dan arang tempurung kelapa tersebut lantas dipukul-pukul kecil melalui alat kayu sehingga jarum dapat masuk kedalam kulit namun tidak menembus daging. Tradisi ini memang menyakitkan dan tak jarang menyebabkan efek demam untuk mereka yang ditato.

Bagi masyarakat Mentawai, tato melambangkan roh kehidupan, untuk itu tato untuk pemburu berbeda dengan yang lainnya. 

Tato pemburu akan dikenal dengan gambar binatang tangkapannya seperti rusa, monyet, burung, atau babi. Sedangkan tato untuk sikerei (dukun Mentawai) akan bergambar bintang “sibalu-balu” di tubuh mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: