Kisah Ratu Bajak Laut Bendera Merah, Mantan Pelacur Teror China Selatan

Kisah Ratu Bajak Laut Bendera Merah, Mantan Pelacur Teror China Selatan

Kisah Ratu Bajak Laut Bendera Merah, Mantan Pelacur Teror China Selatan--

Ia membentuk semacam pemerintahannya sendiri dengan menerapkan  peraturan yang ketat sehingga tiap bajak laut terikat oleh undang-undang dan pajak.

Yung Lun Yuan penulis Story Of  The Pirates Who Infested The China Sea, From 1807 To 1810 yang diterjemahkan oleh Charles Fried Neumann menyebutan ada tiga peraturan pernting yang dikeluarkan Ching Shih berdasarkan pemikiran Chang Pao.

1. Jika ada anggota bajak laut yang pergi ke pantai secara pribadi, atau apa yang disebut ‘melanggar jeruji’ dia akan dibawa dan telinganya dilubangi di hadapan seluruh armada. Dan bila mengulangi tindakan yang sama akan dihukum mati.

2. Setiap hasil rampasan yang disita harus diserahkan terlebih dahulu kepada armada dan didaftarkan sebelum dapat didistribusikan. 

Setiap kapal yang berhasil menjarah kekayaan, berhak mendapatkan 20% dari nilainya, sementara 80% sisanya ditempatkan ke dalam dana kolektif armada.

3. Menyangkut para tawanan yang ditangkap. Tahanan perempuan yang dianggap tidak menarik dibebaskan tanpa dilukai.

BACA JUGA:Abdul Moeis Pahlawan Nasional Pertama, Politikus dan Wartawan Asal Minangkabau

Sedangkan yang berparas cantik dapat diambil sebagai istri oleh anggota bajak laut dengan syarat harus setia dan merawatnya. Hukuman keras dijatuhkan bila ada anggota bajak laut tidak setia atau melakukan perkosaan, yaitu dieksekusi mati dengan cara dipancung.  

Bila mereka melarikan diri, akan diburu sampai tertangkap, setelah itu hukuman mengerikan dijatuhkan, seperti potong telinga, dicambuk, dipotong-potong, belenggu besi hingga hukuman mati. Karena ketegasannya, Chin Shih mampu mengendalikan anak buahnya yang jumlahnya ribuan.

Kekuatan Bajak Laut Bendera Merah dibawah kepemimpinan Ching Shih tidak saja merajai laut Cina selatan, mereka juga menguasai kota-kota pesisir yang membentang dari Makau sampai Kanton. 

Kota-kota itu ada yang dipungut pajak. Ia juga memungut uang perlindungan dari semua kapal dagang yang meninggalkan pelabuhan.

Setiap tawanan yang didapatkan akan diberi pilihan, antara bergabung dengan bajak laut atau kaki mereka dipaku ke geladak dan dipukuli sampai mati. Tentu saja, sebagian besar memilih bergabung. Maka tak heran bila anggota bajak laut Bendera Merah bertambah banyak.

BACA JUGA:Penyebab Peristiwa Mangkuk Merah Hingga Terjadi Pembunuhan dan Pengusiran Etnis Tionghoa di Kalimantan

Singkat cerita, Bajak Laut Bendera Merah menjadi buruan pemerintah sejak itu. Pada tahun 1809, kaisar Tiongkok yang didukung oleh angkatan laut Inggris dan Portugis, serta kapal dagang Belanda memburu Bendera Merah.

Pada pertempuran Nopember 1809, Bendera merah mengalahkannya. Konon Richard Glasspoole, seorang perwira kapal East India Company The Marquis of Ely , dan tujuh pelaut Inggris ditangkap.

Namun pada pengepungan bulan September armada Chang Pao terdesak dan melarikan diri. Pada pertempuran bulan Desember, Guo Podai, rekannya yang memimpin Bendera Hitam berbalik menentang Chang Pao, dan berhasil menyergapnya. Setelah peristiwa itu Guo Podai mengundurkan diri dari bajak laut dan diangkat menjadi pejabat angkatan laut Cina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: