Penindasan, Pelecehan, Romusha Hingga Rasis, Membuat Tentara PETA Memberontak Melawan Jepang

Penindasan, Pelecehan, Romusha Hingga Rasis, Membuat Tentara PETA Memberontak Melawan Jepang

Penindasan, Pelecehan, Romusha Hingga Rasis, Membuat Peta Memberontak Melawan Jelang--

BACA JUGA:Mobil Pertama Orang Indonesia Ternyata Berada di Belanda, Belum Berhasil Dikembalikan

Tak hanya itu saja, mereka juga bahkan berniat menggalang kekuatan rakyat. Sayangnya, ternyata persiapan yang sudah direncanakan justru belum matang sepenuhnya, Kenpetai atau polisi rahasia Jepang sudah mencium aksi mereka. Supriyadi lantas cemas dan khawatir mereka malah ditangkap sebelum aksi dimulai.

Memasuki tanggal 13 Februari 1945 malam, Supriyadi memutuskan pemberontakan harus dimulai. Siap atau tidak siap, ini saatnya tentara PETA membalas perlakuan tentara Jepang. Banyak yang menilai pemberontakan ini belum siap, termasuk Soekarno. Dia meminta Supriyadi memikul tanggung jawab jika pemberontakan ini gagal.

Tak semua anggota Daidan Blitar memberontak. Supriyadi meminta para pemberontak tak menyakiti sesama PETA walaupun tak mau memberontak. Tetapi semua orang Jepang harus dibunuh.

BACA JUGA:Penjajah Belanda Saja Babak Belur Menghadapi 4 Suku Terkuat di Indonesia Berikut Ini

Akhirnya, pada tanggal 14 Februari 1945, dipilih sebagai waktu yang tepat untuk melaksanakan pemberontakan, karena saat itu akan ada pertemuan besar seluruh anggota dan komandan PETA di Blitar, sehingga diharapkan anggota-anggota PETA yang lain akan ikut bergabung dalam aksi perlawanan. 

Tujuannya adalah untuk menguasai Kota Blitar dan mengobarkan semangat pemberontakan di daerah-daerah lain.

Pada pukul 03.00 WIB, pasukan Supriyadi bahkan menembakkan mortir ke Hotel Sakura yang menjadi kediaman para perwira Jepang. Markas Kenpetai juga ditembaki senapan mesin. 

BACA JUGA:Sejarah Mata Uang, dari Uang Belanda, Uang Jepang, Uang NICA, Hingga Lahirnya Rupiah 1949

Namun rupanya kedua bangunan itu sudah dikosongkan lantaran secara mendadak telah terjadi pembatalan pertemuan karena Jepang sudah menerima informasi mengenai rencana pemberontakan yang akan dilakukan.

Dalam aksi yang lain, salah seorang bhudancho (bintara) PETA merobek poster bertuliskan “Indonesia Akan Merdeka” dan menggantinya dengan tulisan “Indonesia Sudah Merdeka!”.

Jepang mengirim pasukan militer untuk menghentikan pemberontakan PETA. Kekuatan tentara Jepang sulit untuk disaingi.

Supriyadi beserta 67 orang lainnya berhasil ditahan dan kemudian diadili di depan Mahkamah Militer Jepang di Jakarta. Mereka ada yang dihukum seumur hidup dan dihukum mati, sementara nasib Supriyadi tidak diketahui.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: