Suku - Suku Asli Aceh, Beragam Bahasa dan Budaya Namun Mayoritas Memeluk Islam

Suku - Suku Asli Aceh, Beragam Bahasa dan Budaya Namun Mayoritas Memeluk Islam

Suku - Suku Asli Aceh, Beragam Bahasa dan Budaya Namun Mayoritas Memeluk Islam -Istimewa-

Suku Sigulai

Suku Sigulai merupakan suatu suku bangsa yang mendiami Pulau Simeulue bagian utara. Suku ini terdapat di kecamatan Simeulue Barat, Alafan dan Salang.

Suku Sigulai terdaftar sebagai suku asli yang berada kepulauan Simeuleu, berdampingan dengan suku Devayan, Lekon dan Haloban. Belum ditemukanya sejarah asal usul suku Sigulai ini secara tertulis, sehingga belum diketahui pasti asal usul suku Sigulai ini.

BACA JUGA:Sudah Mengenal Budaya Modern, Wanita Suku Ini Pertahankan Tradisi Tanpa Busana

Akan tetapi ada beberapa pendapat para penulis di beberapa situs di web, menyatakan kalau suku Sigulai itu dulu kala berasal dari wilayah yang sama dengan suku Devayan, Lekon, Haloban dan Nias serta Mentawai. 

Sebab secara fisik suku Sigulai itumasuk dalam ras mongoloid yang dulu kala bermigrasi ke wilayah ini bersama-sama dengan suku Nias, Mentawai, Devayan, Lekon serta Haloban, mereka tersebar di beberapa wilayah di pulau serta kepulauan yang berada di sebelah barat pulau Sumatra. Salah satunya ialah suku Sigulai yang masih bermukim di wilayah ini sampai sekarang.

Suku Julu

Pendatang dari Pakpak Barat yang telah berimigrasi ke Subulussalam Singkil, begitu juga untuk penyebutan para pedagang yang berasal dari Pakpak atau dari Dairi Sidikalang.

Suku Lekon

Suku Lekon adalah sebuah suku bangsa yang terdapat di kecamatan Alafan, Simeulue di provinsi Aceh. Suku ini terdapat di desa Lafakha dan dan Langi.

Suku Haloban

Suku Haloban merupakan suatu suku yang terdapat di kabupaten Aceh Singkil, tepatnya di kecamatan Pulau Banyak Barat. Suku bangsa ini mendiami 2 desa dari 4 desa yang ada yaitu desa Haloban dan Asantola.

BACA JUGA:5 Suku di Dunia Penghasil Wanita Cantik, Nomor 4 Terkenal Ganas

Suku Nias

Suku Nias adalah kelompok etnik yang berasal dari Pulau Nias. Mereka menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono berarti anak/keturunan; Niha = manusia) dan Pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö berarti tanah).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: