Mengenal Suku Asmat Papua, Titisan Dewa, Ahli Mengukir dan Pakaian dari Daun

Mengenal Suku Asmat Papua, Titisan Dewa, Ahli Mengukir dan Pakaian dari Daun

Mengenal Suku Asmat Papua, Titisan Dewan, Ahli Mengukir dan Pakaian dari Daun--Istock

RADARMUKOMUKO.COM - Suku Asmat di Papua termasuk salah satu suku yang cukup dikenal, karena berbagai keunikan dan kemampuannya yang mempnuni.

Salah satunya suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. 

BACA JUGA:6 Suku Paling Sakti, Miliki Sihir Hingga Ilmu Penunduk

Suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini memiliki perbedaan, baik cara hidup, struktur sosial, dialeg bahasa dan ritual. 

Populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di antara sungai Sinesty dan sungai Nin serta suku Simai.

Suku Asmat berada di antara Suku Mappi, Yohukimo Jayawijaya dan di antara berbagai macam suku lainnya yang ada di Pulau Papua. 

Suku Asmat meyakini bahwa mereka berasal dari keturunan dewa Fumeripitsy yang turun dari dunia gaib yang berada di seberang laut di belakang ufuk, tempat matahari terbenam tiap hari. 

BACA JUGA:9 Suku Asli Indonesia Terancam Punah, Nomor 7 Karena Miras dan HIV/AIDS

Menurut keyakinan mereka, dewa nenek-moyang itu dulu mendarat di bumi di suatu tempat yang jauh di pegunungan. Dalam perjalanannya turun ke hilir sampai ia tiba di tempat yang kini didiami oleh orang Asmat hilir, ia mengalami banyak petualangan.

Dalam mitologi orang Asmat yang berdiam di Teluk Flaminggo misalnya, dewa itu namanya Fumeripitsy. Ketika ia berjalan dari hulu sungau ke arah laut, ia diserang oleh seekor buaya raksasa. 

Perahu lesung yang ditumpanginya tenggelam. Sehingga terjadi perkelahian yang akhirnya ia dapat membunuh buaya tersebut, tetapi ia sendiri luka parah. Ia kemudian terbawa arus dan terdampar di tepi sungai Asewetsy, desa Syuru sekarang.

BACA JUGA:Mitos Gadis Suku Dayak Penuh Misteri, Pria Tak Bisa Pulang dan Bisa Kehilangan ‘Anu'

Untung ada seekor burung Flamingo yang merawatnya sampai ia sembuh kembali; kemudian ia membangun rumah yew dan mengukir dua patung yang sangat indah serta membuat sebuah genderang, yang sangat kuat bunyinya. 

Setelah ia selesai, ia mulai menari terus-menerus tanpa henti, dan kekuatan sakti yang keluar dari gerakannya itu memberi hidup pada kedua patung yang diukirnya. Tak lama kemudian mulailah patung-patung itu bergerak dan menari, dan mereka kemudian menjadi pasangan manusia yang pertama, yaitu nenek-moyang orang Asmat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: