Sarjana Pilih Pelihara Ayam
KANDANG: Maulana sedang memungut telur untuk dikumpulkan, kemudian ditetaskan.-SAHAD/RM-
Didukung Pemerintah Desa
RADARMUKOMUKO.COM - Maulana, S.Pt, merupakan sarjana lulusan Universitas Bengkulu (Unib) tahun 2021. Lahir dan tinggal di Desa Terutung, Kecamatan Teras Terunjam. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana, Maulana memilih pulang kampung dan memelihara ayam.
''Banyak yang menawari saya untuk bekerja. Tapi saya memilih untuk usaha sendiri,'' ungkap Maulana saat ditemui di kediamannya, Kamis (12/10).
Maulana memulai usaha memelihara ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) 2 tahun lalu. Ia mengeluarkan modal sekitar Rp 10 juta. Untuk pembuatan kandang, membeli alat dan perlengkapan, bibit indukan, hingga pakan. Bermodal ilmu yang diperoleh di bangku kuliah, Maulana memilih bibit yang bagus. Mengawali usaha dengan memelihara 50 ekor ayam dengan perbandingan 1 jantan 5 betina.
''Saya beli bibit di Puskeswan Penarik. Waktu itu umur ayam sekitar 2 bulan,'' kata anak kelima dari 8 bersaudara ini.
Sambil menunggu ayam besar dan bertelur, ia merakit mesin penetas telur. Selain digunakan sendiri, Maulana juga melayani pesanan mesin penetas telur. Sebagai gambaran harga, mesin kapasitas 50 butir, full otomatis, dibandrol Rp 1 juta. Sedangkan yang manual Rp 700 ribu hingga Rp 800 ribu.
''Setelah umur 4-5 bulan, ayam mulai bertelur. Telur pertama biasanya belum vertil, belum bisa ditetapkan,'' ungkap Maulana.
Seiring berjalannya waktu, ayam yang dipelihara terus bertambah banyak. Setelah berjalan 2 tahun, saat ini Maulana memelihara sekitar seribu ekor ayam. Terdiri dari berbagai umur. Mulai dari Day Old Chicken (DOC) hingga indukan. Dalam hal penjualan, buah hati pasangan Ilias dan Ramah ini, tidak pandang usia. Bagi yang membutuhkan, bisa beli telur, DOC, ukuran belah 4, hingga indukan.
''Penjualan disesuaikan dengan kebutuhan pembeli,'' ungkap pemuda 24 tahun ini.
Bicara soal pasar, selalu fluktuasi. Selama ini, permintaan terbanyak dari warga Terutung dan sekitarnya. Permintaan tertinggi ketika banyak warga menggelar doa. Untuk rumah makan, Maulana mengaku belum berani terikat kontrak. Ia merasa ayam miliknya belum cukup.
''Sekarang sedang banjir ayam dari luar daerah. Selain harga jatuh, permintaan ayam peternak lokal juga turun.
Disampaikan Maulana, saat ini memiliki 2 unit mesin penetas telur. Masing-masing berkapasitas 300 dan 400 butir. Dari 2 mesin ini, setiap minggunya menghasilkan 100 DOC. Kalau ada yang minat, DOC dijual. Sisanya dipelihara sendiri.
''Saat ini ada 100 indukan. Setiap minggu menghasilkan 100 DOC,'' katanya.
Bagaimana dengan pakan? Maulana mengatakan, pakan yang diberikan memiliki standar pabrikan, tapi meransum atau meracik sendiri. Ia memanfaatkan bahan baku lokal, berupa jagung, dedak dan bahan lainnya. Dengan cara ini biaya pakan bisa ditekan. Ilmu meransum pakan ini juga didapat dari bangku kuliah. Dari usaha ini, Maulana bisa mengantongi keuntungan bersih antara Rp 4 juta hingga Rp 8 juta per bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: