Tanggung Renteng

Tanggung Renteng

--

Banjir, banjir, dan banjir lagi. Banjir melanda berbagai daerah di Provinsi Bengkulu, pada akhir Agustus 2022 ini. Di Kabupaten Mukomuko, banjir merendam 351 rumah, yang tersebar di 9 desa. 

Berbagai pihak cancut gumregut, membantu para korban. Wakil Bupati, Kapolres, dan Sekda turun langsung menyerahkan bantuan. Sebagi tindakan tanggap darurat, bantuan ini sangat membantu para korban banjir. 

Tapi belum menyelesaikan persoalan utama banjir. Secara pribadi, saya tidak menjadi korban banjir. Saya tinggal di Desa Sido Makmur, Kecamatan Air Manjuto, yang merupakan daerah tinggi. 

Tapi saya juga merasakan dampak dari banjir ini. Dimana anak sulung kami Alpis yang sedang menuntut ilmu di Universitas Bengkulu, tinggal di Kota Bengkulu. 

Dalam satu tahun terakhir, setidaknya sudah 4 kali rumahnya terendam banjir. Jumlah tersebut jauh lebih banyak dibandingkan 20 tahun lalu. 

Di rumah yang sama, saya pernah tinggal selama 8 tahun. Mulai Januari 2003 hingga Juli 2011. Selama waktu tersebut, rumah itu terendam banjir  hanya 1 kali. 

Kedalaman air dalam rumah, waktu itu, sekitar 50 senti meter. 

Pada Selasa 26 Agustus 2022, rumah yang sama kembali terendam banjir. Ketinggian air lebih dari 1 meter. 

Saya ingin mengatakan bahwa, selain intensitas yang meningkat, volume banjir juga bertambah. 

Contoh lain yang lebih dekat, adalah Desa Pondok Kopi, Kecamatan Teras Terunjam. Awalnya banjir hanya merendam beberapa rumah. 

Saat ini merambat jadi puluhan. Kantor desa yang dulunya aman dari banjir, belakangan sudah beberapa kali terendam banjir. 

Di Tunggal Jaya, juga terjadi banjir, tapi tidak merendam rumah warga. Banjir merendam jalan dan tanaman warga.  

''Banjir ini tidak ada obatnya. Banjir semakin besar dan sering. Masyarakat hanya bisa pasrah,'' ujar Saiden Kades Pondok Kopi. 

Ada sebab, tentu ada akibat. Saat duduk di bangku sekolah dasar, kita sering mendapat pelajaran pentingnya menanam pohon dan menjaga hutan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: