BKSDA Pasang Perangkap Harimau Pemangsa Ternak Warga Mukomuko

BKSDA Pasang Perangkap Harimau Pemangsa Ternak Warga Mukomuko

MUKOMUKO – Harimau Sumatera yang menerkam 1 ekor sapi milik warga UPT Lubuk Talang (Trans Lapindo), Desa Lubuk Talang, Kecamatan Malin Deman, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu pada Rabu (26/01) lalu, diduga masih patroli di sekitar wilayah setempat. Antisipasi adanya korban berikutnya, Balai Konservasi Sumber Daya (BKSDA) Bengkulu, melalui Resor Air Hitam dikabarkan telah mengambil langkah penangkapan dengan memasang perangkap harimau. Berdasarkan informasi terhimpun, perangkap harimau berupa kerangkeng dari baja oleh petugas BKSDA dipasang di kawasan perkebunan kelapa sawit milik warga, berjarak sekitar 500 meter dari permukiman penduduk. Pemasangan perangkap ini dilaksanakan pada Kamis (27/01) sore dan dibantu warga sekitar. "Tim dari Resor Air Hitam, Kamis sore telah membawa kerangkeng harimau ke lokasi. Apakah sudah dipasang atau belum, mereka belum melaporkan," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Bengkulu, Said Jauhari kepada awak media di Mukomuko, Jum’at (28/01). Sebelum tindakan pemasangan perangkap, tim dari Resor Air Hitam  juga telah melakukan perundingan dengan warga setempat, guna membahas teknis penanganan harimau di wilayah itu. Untuk sementara ini, katanya, petugas Resor Air Hitam melakukan upaya pemasangan perangkap terlebih dahulu, apabila harimau tidak tertangkap, maka upaya lain dengan cara pengusiran harimau menjauh dari pemukiman penduduk. "Cara terakhir yang kami lakukan dengan mengusir harimau tersebut agar menjauh dari pemukiman penduduk," terangnya. Ia juga menyampaikan, kemunculan harimau hingga masuk ke wilayah permukiman berkemungkinan besar disebabkan habitatnya terganggu. Seperti diketahui, UPT Lubuk Talang berada dekat dengan kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Air Ipuh I. Kondisi saat ini, kawasan HPT tersebut umumnya sudah dirusak para perambah. ‘’Salah satu kemungkinan menjadi penyebab harimau masuk ke permukiman, dikarenakan habitatnya terganggu. Faktor lain, mungkin juga disebabkan kekurangan makanan, karena babi di hutan semakin berkurang karena kerap diburu,’’ pungkasnya. (nek)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: