Pembagian Bansos Desa Penarik tidak Transparan?
PENARIK – Bantuan Sosial (Bansos) di Desa Penarik, Kecamatan Penarik menuai protes. Pasalnya Bansos berupa Bantuan Sosial Tunai (BST) maupun Bantuan Langsung Tunai (BLT) desa dianggap tidak tepat sasaran. Pasalnya banyak warga yang mampu secara ekonomi menerina Bansos, sedangkan warga yang merasa miskin tidak dapat. Pihak terkait, dalam hal ini pemerintah desa serta Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) dianggap tidak transparan, karena tidak semua pihak yang minta data dikasih. Selain itu, pemerintah desa juga tidak menempelkan nama-nama penerima Bansos di papan pengumuman kantor desa. hal tersebut menyulitkan masyarakat dalam melakukan pengawasan. Sebagaimana disampaikan oleh salah seorang pemuda, Masriadi (36) Selasa (9/6).
Saat menyambangi redaksi Radar Mukomuko, Masriadi menyampaikan, program Bansos baik BST maupun BLT di Desa Penarik terkesan amburadul. Ia mengatakan, banyak orang kaya, yang memiliki rumah mewah, mobil dan kebunnya luas terdaftar dan menerima BST. Disisi lain, banyak warga miskin yang tidak tersentuh Bansos. Masriadi juga menyampaikan, Bansos BLT desa juga tidak kalah amburadul. Warga yang sudah didaftar sebagai penerima BLT desa dicoret tanpa alasan yang jelas. Menurut Masriadi, mereka sangat layak menerima Bansos. Ia menyampaikan, ada 4 nama warga dusun I yang sudah didaftar sebagai penerima BLT, kemudian dicoret. Masing-masing Rani Andika (25), Rating Nova Estri (29), Anjasmara (36) dan Novia Almaini (20). Menurut Masriadi, mereka sangat layak menerima Bansos, karena berasal dari keluarga tidak mampu.
‘’Pembagian Bansos di Desa Penarik tidak transparan dan amburadul. Mestinya nama-nama penerima Bansos itu dipasang pada pengumuman kantor desa agar kami selaku masyarakat bisa mengawasi,’’ harap Masriadi.
Hal senada disampaikan oleh Anjasmara. Ia mengatakan, dirinya adalah putra Penarik asli, tinggal satu dusun dengan Kades. Anjasmara memiliki 2 orang anak yang tinggal menumpang di rumah kakaknya, karena belum memiliki rumah sendiri. Anjasmara mengaku belum menerima Bansos dalam bentuk apapun, baik BLT, BST maupun Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Ia mengaku kecewa saat dirinya dicoret sebagai calon penerima BLT desa.
‘’Saya tinggal menumpang di rumah kakak ipar karena belum punya rumah sendiri. Sejauh ini saya juga belum pernah menerima Bansos dalam bentuk apapun,’’ ujar Anjasmara di kantor Radar Mukomuko, kemarin.
Terpisah, Kades Penarik, Dunlop, membantah pernyataan dari warga tersebut. Kades menjelaskan, jumlah penerima BLT desa di Penarik sebanyak 150 Kepala Keluarga (KK). Dana Desa (DD) yang diperuntukkan sudah maksimal, yakni 30 persen. Dunlop juga menyampaikan, jumlah warga miskin di desanya melebihi kuota anggaran yang ada. Oleh karena itu, BLT dibagikan kepada warga yang benar-benar layak, sesuai dengan kriteria yang ada. Salah satu kriterianya adalah warga yang kehilangan pekerja akibat Covid-19. Selain itu juga warga yang miskin penderita penyakit menahun. Dijelaskan Dunlop, empat nama diatas dicoret dari daftar penerima BLT, karena dimasukkan dalam usulan penerima BST.
‘’Warga miskin di Desa Penarik memang banyak. Anggaran yang kami keluarga sudah optimal 30 persen. Karena belum mencukupi, maka kami prioritaskan yang sesuai dengan kriteria yang ada. Salah satunya adalah kehilangan pekerja akibat wabah Covid-19,’’ jelas Dunlop.
Sekdes Penarik, Wawan menimpali dan membenarkan nama-nama tersebut diatas dicoret dari daftar penerima BLT. Pencoretan dilakukan karena mereka memilih diusulkan sebagai calon penerima BST. Sekdes mengaku aneh dengan sikap mereka, ketika belum dapat BST mereka berbalik menyalahkan pemerintah desa. Wawan juga menyampaikan, Anjasmara adalah karyawan PT. Agro Muko dan kesejahteraannya ditanggung pihak perusahaan.
‘’Kami sudah memberikan pilihan, ketika mereka memilih diusulkan sebagai penerima BST, maka dicoret dari daftar penerima BLT desa. Jangan salahkan pemerintah desa, jika BST untuk mereka belum keluar,’’ papar Wawan.(dul)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: