Benarkah Bloodletting Efektif? Mengungkap Mitos dan Fakta di Balik Praktik Pengobatan Kuno Ini

Rabu 11-12-2024,12:31 WIB
Reporter : M. Asroful Anwar
Editor : Ahmad Kartubi

RMONLINE.ID – Bloodletting, praktik kuno yang melibatkan pembuangan darah dari tubuh pasien, pernah dianggap sebagai pengobatan mujarab untuk berbagai penyakit.  Dipercaya bahwa membuang “darah kotor” dapat menyeimbangkan kembali cairan tubuh dan memulihkan kesehatan. Metode ini telah dipraktikkan selama ribuan tahun di berbagai budaya, mulai dari Mesir kuno hingga Eropa abad pertengahan. Namun, seiring berkembangnya ilmu kedokteran, bloodletting kini dipandang sebagai praktik berbahaya yang tidak memiliki dasar ilmiah. 

Apa itu bloodletting? Bloodletting adalah praktik medis kuno yang melibatkan pembuangan sejumlah darah dari tubuh pasien dengan tujuan terapeutik.  Metode ini dilakukan dengan berbagai cara, termasuk pembedahan vena (veneseksi), penggunaan lintah (hirudoterapi), dan bekam.  Bloodletting didasarkan pada teori humoralisme, keyakinan bahwa tubuh manusia mengandung empat cairan utama (darah, dahak, empedu kuning, dan empedu hitam) yang harus seimbang agar tetap sehat. Ketidakseimbangan cairan ini diyakini sebagai penyebab penyakit, dan bloodletting dianggap sebagai cara untuk memulihkan keseimbangan tersebut.

Mengapa bloodletting dianggap sebagai pengobatan yang bagus?  Pada masa lalu, bloodletting dianggap sebagai pengobatan yang efektif untuk berbagai penyakit, mulai dari demam dan sakit kepala hingga epilepsi dan wabah.  Popularitasnya didorong oleh keyakinan bahwa darah yang dikeluarkan membawa serta penyakit dan racun dari tubuh.  Selain itu, bloodletting seringkali memberikan efek plasebo, di mana pasien merasa lebih baik setelah menjalani prosedur tersebut meskipun tidak ada manfaat medis yang nyata.

BACA JUGA:Seleksi PPPK Mukomuko 2024 Digelar di Bengkulu, Padang dan Jambi, Berikut Jadwalnya

BACA JUGA:5 Bunga Tropis yang Bisa Ditanam dalam dan Luar Ruangan

Kapan dan di mana bloodletting dipraktikkan?  Bloodletting telah dipraktikkan di berbagai budaya selama ribuan tahun.  Bukti arkeologis menunjukkan bahwa praktik ini sudah ada di Mesir kuno sejak 1000 SM.  Bloodletting juga populer di Yunani kuno, Romawi, dan Eropa abad pertengahan.  Pada puncak popularitasnya di abad ke-18 dan ke-19, bloodletting dilakukan oleh dokter, tukang cukur, dan bahkan orang awam.

Siapa yang mempraktikkan bloodletting?  Pada masa lalu, bloodletting dilakukan oleh berbagai praktisi medis, termasuk dokter, tukang cukur, dan dukun.  Tukang cukur seringkali merangkap sebagai ahli bedah karena keahlian mereka dalam menggunakan pisau cukur dan alat tajam lainnya.  Mereka melakukan pembedahan vena dan prosedur bedah kecil lainnya di samping memotong rambut dan mencukur.  Bloodletting juga dilakukan oleh orang awam di rumah, terutama di daerah pedesaan di mana akses ke perawatan medis terbatas.

Bagaimana bloodletting dilakukan?  Bloodletting dilakukan dengan berbagai metode, tergantung pada kondisi pasien dan preferensi praktisi.  Veneseksi, atau pembedahan vena, adalah metode yang paling umum.  Prosedur ini melibatkan pemotongan vena di lengan atau kaki untuk mengeluarkan darah.  Lintah juga digunakan untuk menghisap darah dari pasien, terutama di area yang sulit dijangkau dengan veneseksi.  Bekam, metode lain yang populer, melibatkan penempatan cangkir kaca panas di kulit untuk menciptakan ruang hampa dan menarik darah ke permukaan.

Fakta tentang bloodletting:  Meskipun pernah dianggap sebagai pengobatan mujarab, bloodletting kini diketahui tidak efektif dan bahkan berbahaya.  Membuang darah dalam jumlah besar dapat menyebabkan anemia, kelemahan, pusing, dan bahkan kematian.  Selain itu, bloodletting tidak memiliki dasar ilmiah dan tidak didukung oleh bukti medis modern.  Praktik ini telah ditinggalkan oleh komunitas medis karena dianggap lebih berbahaya daripada bermanfaat.

Risiko bloodletting:  Bloodletting membawa sejumlah risiko serius, termasuk infeksi, anemia, kerusakan saraf, dan syok hipovolemik (kehilangan darah yang berlebihan).  Pada masa lalu, banyak pasien meninggal akibat komplikasi bloodletting.  Selain itu, praktik ini dapat memperburuk kondisi medis yang mendasarinya dan menunda pengobatan yang tepat.

BACA JUGA:Resep Tahu Bulat Kopong Anti Gagal ala Chef Rumahan, Lengkap dengan Tips dan Trik untuk Pemula

BACA JUGA:Waspada! 7 Tanda Pasanganmu Diam-diam Merasa Insecure yang Bisa Merusak Hubunganmu, Jangan Sampai Terlambat!

Saat ini, terdapat berbagai pengobatan modern yang efektif dan aman untuk berbagai penyakit yang dulu diobati dengan bloodletting.  Antibiotik, antiinflamasi, dan obat-obatan lainnya dapat mengatasi infeksi dan peradangan tanpa risiko yang terkait dengan bloodletting.  Pembedahan dan terapi fisik juga tersedia untuk mengobati kondisi muskuloskeletal dan cedera.

Bloodletting adalah praktik medis kuno yang pernah dianggap sebagai pengobatan mujarab.  Namun, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, bloodletting kini diketahui tidak efektif dan bahkan berbahaya.  Praktik ini telah ditinggalkan oleh komunitas medis dan digantikan oleh pengobatan modern yang aman dan efektif.  Penting untuk diingat bahwa bloodletting tidak memiliki dasar ilmiah dan dapat menyebabkan komplikasi serius.  Jika Anda mempertimbangkan untuk menjalani bloodletting, konsultasikan dengan dokter Anda untuk mendapatkan informasi tentang pengobatan alternatif yang aman dan efektif.*

Kategori :