RMONLINE.ID – Di antara hamparan perbukitan hijau dan aliran sungai yang jernih, Provinsi Sumatera Selatan menyimpan kekayaan budaya yang tak ternilai, termasuk dalam tradisi pernikahannya. Budaya menyambut perkawinan di Bumi Sriwijaya ini bukan sekadar ritual penyatuan dua insan, melainkan sebuah pertunjukan penuh makna dan filosofi yang mencerminkan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal masyarakat setempat.
Sejak dahulu kala, pernikahan di Sumatera Selatan bukan hanya tentang dua insan yang saling mengikat janji, melainkan momen sakral yang melibatkan seluruh keluarga, kerabat, dan bahkan komunitas. Dimulai dari prosesi adat yang beragam, seperti Marisik (lamaran), Munggah (antar jemput pengantin), hingga Resepsi Pernikahan, setiap tahapan memiliki makna dan tujuannya masing-masing.
Salah satu tradisi unik yang selalu hadir dalam pernikahan adat Sumatera Selatan adalah Begadang. Tradisi ini dilakukan di rumah pengantin wanita beberapa hari sebelum pernikahan, diiringi dengan nyanyian dan tarian tradisional. Begadang bukan sekadar hiburan, melainkan simbol rasa syukur dan doa agar pernikahan berjalan lancar dan diberkahi kebahagiaan.
BACA JUGA:Pilkada 2020 Sapuan Unggul di 10 Kecamatan dan Huda di 5 Kecamatan, Sekarang Tidak Mungkin Lagi
BACA JUGA:5 Fakta Penting: My Baby Hair and Body Wash untuk Usia Berapa?
Budaya pernikahan di Sumatera Selatan juga kaya akan nilai-nilai gotong royong dan kearifan lokal. Gotong Royong dalam persiapan pernikahan menjadi ciri khas masyarakat, di mana seluruh keluarga, tetangga, dan bahkan kerabat bahu membahu membantu. Hal ini mencerminkan semangat kebersamaan dan kepedulian yang tinggi dalam komunitas.
Namun, seiring perkembangan zaman, budaya menyambut perkawinan di Sumatera Selatan tak luput dari sentuhan modernitas. Penyederhanaan prosesi adat, penggunaan busana pengantin modern, dan penerapan dekorasi pernikahan yang lebih kekinian menjadi beberapa perubahan yang terlihat.
Meskipun demikian, nilai-nilai luhur dan makna filosofis dalam budaya pernikahan Sumatera Selatan masih tetap dilestarikan. Masyarakat masih antusias dalam melaksanakan beberapa tradisi adat, seperti Begadang dan Gotong Royong. Bahkan, muncul pula tren baru, yaitu penggabungan tradisi adat dengan budaya modern. Hal ini menunjukkan bahwa budaya pernikahan di daerah ini terus beradaptasi dengan zaman, namun tetap menjaga jati diri dan kekhasannya.
Kesimpulannya, budaya menyambut perkawinan di Sumatera Selatan merupakan perpaduan indah antara kearifan lokal, tradisi leluhur, dan sentuhan modernitas. Tradisi adat yang kaya makna dan nilai-nilai luhur masih dilestarikan, namun dengan sentuhan modern yang membuatnya lebih relevan dengan zaman. Upaya pelestarian dan adaptasi ini menjadi bukti bahwa budaya pernikahan di Sumatera Selatan akan terus hidup dan berkembang, menjadi bagian integral dari identitas budaya masyarakatnya.
Menjaga warisan budaya ini bukan hanya tanggung jawab masyarakat Sumatera Selatan, tetapi juga seluruh bangsa Indonesia. Dengan memahami dan melestarikan budaya pernikahan di Bumi Sriwijaya ini, kita turut menjaga kekayaan budaya bangsa dan memperkaya khazanah budaya Nusantara.*