RMONLINE.ID - Indonesia dikenal dengan iklim tropisnya yang memiliki dua musim utama: musim hujan dan musim kemarau.
Namun, ada satu fenomena unik yang sering terjadi di beberapa daerah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, yang dikenal dengan istilah "bediding".
Fenomena ini menggambarkan kondisi cuaca dingin yang tidak biasa di tengah musim kemarau yang umumnya identik dengan suhu panas dan kering.
BACA JUGA:Inilah Beberapa Pilihan untuk Penanganan Somniphobia, Ketakutan Tidur Berlebihan
BACA JUGA:Fobia yang Unik, Yuk Kenali Istilah Somniphobia Ketakutan Akan Tidur Berlebih
Istilah "bediding" berasal dari bahasa Jawa yang secara harfiah berarti dingin atau kedinginan.
Dalam konteks cuaca, bediding merujuk pada periode singkat saat suhu udara turun secara signifikan di tengah musim kemarau.
Fenomena ini umumnya berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu, biasanya terjadi pada pertengahan musim kemarau, sekitar bulan Juli hingga Agustus.
Bediding bukan hanya sekadar penurunan suhu biasa. Saat fenomena ini terjadi, suhu udara bisa turun hingga beberapa derajat di bawah rata-rata normal musim kemarau.
Di beberapa daerah, suhu bisa mencapai 18-20 derajat Celsius di malam hari, yang cukup dingin untuk standar daerah tropis.
Kondisi ini seringkali disertai dengan angin kencang dan kelembaban udara yang tinggi, menciptakan sensasi dingin yang lebih terasa.
Fenomena bediding terjadi karena kombinasi beberapa faktor meteorologis dan geografis:
1. Angin Monsun Australia
Salah satu penyebab utama bediding adalah pengaruh angin monsun Australia. Pada musim kemarau di Indonesia, angin bertiup dari arah tenggara (dari Australia) menuju ekuator. Angin ini membawa udara dingin dari belahan bumi selatan yang sedang mengalami musim dingin.
BACA JUGA:Ini Alasannya Bunga Kurma Tahan Banting Menghadapi Hujan Lebat dan Angin Kencang?