Si Jeki Maling Jengkol

Senin 03-06-2024,18:39 WIB
Reporter : Ibnu Rusdi
Editor : Ibnu Rusdi

Penulis: Robi Bayang

Di sebuah desa kecil bernama Sukamaju, hidup seorang pemuda bernama Jeki. Jeki dikenal di desa itu bukan karena kepandaiannya, melainkan karena kelakuannya yang suka mencuri jengkol milik warga. Setiap kali ada jengkol hilang, pasti nama Jeki yang pertama disebut.

Jeki sebenarnya bukanlah pemuda jahat. Ia hanya suka jengkol, dan karena desanya terkenal dengan jengkol yang lezat, ia tak tahan godaan untuk mencuri beberapa biji dari kebun tetangga. Walaupun sering ketahuan dan dimarahi, Jeki tetap saja mengulanginya. Mungkin bagi Jeki, aroma jengkol yang khas itu lebih menggoda daripada ancaman kemarahan warga.

Suatu hari, desa Sukamaju mengadakan acara panen raya jengkol. Semua warga berkumpul di balai desa untuk merayakan hasil panen yang melimpah. Ada lomba masak jengkol, lomba makan jengkol, hingga pameran jengkol terbesar. Jeki yang mendengar tentang acara ini, tentu saja tidak ingin ketinggalan.

BACA JUGA:Nikmatnya Sate Lilit Khas Bali yang Cocok untuk Dijadikan Menu Makan Bersama Keluarga, Begini Cara Membuatnya

Ketika malam tiba dan warga mulai tertidur lelap setelah seharian bersuka ria, Jeki merencanakan aksinya. Ia mengendap-endap menuju balai desa dengan hati-hati. Namun, Jeki tidak tahu bahwa kepala desa, Pak Tarman, sudah mengantisipasi kelakuan Jeki. Pak Tarman dan beberapa warga lain sudah memasang perangkap di sekitar balai desa.

Saat Jeki sedang asyik memetik jengkol di salah satu stan pameran, tiba-tiba kakinya terjerat tali dan tubuhnya tergantung di udara. Jeki panik dan mencoba melepaskan diri, namun usahanya sia-sia. Teriakan Jeki membangunkan warga yang langsung bergegas menuju balai desa.

“Lihat, si Jeki maling jengkol lagi!” seru Bu Inah, salah satu warga yang jengkolnya sering dicuri Jeki.

Pak Tarman mendekati Jeki yang tergantung dan berkata, “Jeki, berapa kali kami harus memaafkanmu? Kamu tahu ini panen raya, jengkol ini untuk dinikmati bersama, bukan untuk dicuri.”

Jeki yang sudah kehabisan kata-kata hanya bisa menunduk malu. “Maafkan saya, Pak. Saya sungguh tidak bisa menahan godaan jengkol yang enak ini,” ujarnya lirih.

BACA JUGA:Resep Tengkleng Sapi yang Nikmat dan Lezat, Cocok untuk Mengolah Daging Kurban

Pak Tarman menghela napas panjang. “Jeki, kalau kamu suka jengkol, kenapa tidak mencoba bertani sendiri? Kami semua pasti akan membantu jika kamu butuh bimbingan. Yang penting, kamu berhenti mencuri.”

Warga lain setuju dengan usulan Pak Tarman. Mereka semua bersedia membantu Jeki memulai kebun jengkolnya sendiri. Dengan rasa haru, Jeki berjanji untuk berhenti mencuri dan mulai belajar bertani.

Minggu berikutnya, Jeki memulai kebun jengkolnya. Ia dibantu oleh para petani desa yang sabar mengajarinya cara menanam, merawat, dan memanen jengkol. Seiring waktu, Jeki menjadi petani jengkol yang andal. Jengkol hasil kebunnya bahkan menjadi yang terbaik di desa.

Desa Sukamaju kini mengenang Jeki bukan lagi sebagai maling jengkol, melainkan sebagai petani jengkol terbaik yang pernah ada. Warga desa pun hidup rukun, saling membantu dan menikmati panen jengkol bersama-sama setiap tahunnya. Jeki pun belajar bahwa usaha dan kerja keras jauh lebih memuaskan daripada mencuri.*

Tags :
Kategori :

Terkait