RMONLINE.ID - Beberapa waktu lalu, Pertamina Shop (Pertashop) bermunculan di berbagai sudut negeri, banyak pengusaha rela jor-joran demi membangun SPBU mini tersebut.
Namun seiring waktu, satu-persatu Pertashop gulung tikar alias tutup, diperkirakan sulit untuk berkembang kembali.
Melemahnya bisnis Pertashop dikarenakan pemiliknya merugi, disebabkan lambatnya perputaran stok Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tersedia.
Kondisi ini dipengaruhi oleh banyaknya Pertashop, dimana setidaknya setiap kecamatan ada dua pertashop yang dibangun.
Mulai lancarnya BBM di SPBU dan banyaknya penjual BBM eceran juga menjadi alasan mengapa Pertashop sulit berkembang dan malah mengalami kerugian.
Apalagi Pertashop biasanya hanya menjual Pertamax, sementara warga lebih memilih membeli pertalit yang harganya lebih murah dari Pertamax yang ada di Pertashop.
BACA JUGA:Pemkab Mukomuko Desak Pabrik Beli Sawit Petani Sesuai Ketetapan Provinsi
BACA JUGA:Banyak yang Belum Paham! Ini Arti ‘Seandeko’ Dalam Sebutan Kaum Adat di Mukomuko
‘’Perputarannya lambat, sehingga hitungannya tidak masuk. Dan pada akhirnya rugi. Idealnya BBM 3 ton habis paling lama 3 hari. Lebih dari 3 hari, hitungannya rugi,’’ ujar salah seorang pemilik Pertahsop, Al-Jannatu, warga Kecamatan V Koto.
Pertamina Shop atau lebih dikenal dengan Pertashop merupakan distributor produk Pertamina berskala kecil.
Modal yang dibutuhkan untuk menjadi mitra Pertashop mulai dari 250 juta dengan beberapa ketentuan yang berlaku. Omzet yang didapatkan dapat mencapai hingga 150 juta per bulan.
Di beberapa daerah yang jauh dari SPBU, mungkin Anda telah melihat bahwa ada Pertashop Pertamina atau SPBU mini.
BACA JUGA:Tenaga Honorer Dihapus Mulai Desember, Ini Syarat Utama Diangkat ASN PPPK
BACA JUGA:Kris Dayanti Bakal Bangun Gereja di Tanah Kelahirannya
Memang benar, bisnis Pertashop mulai banyak bermunculan di beberapa daerah di Indonesia karena PT Pertamina (Persero) telah membuka lini bisnis ritelnya.