Cerita Presiden Soekarno dan 670 Kupu-Kupu Malam Kesayangannya, Strategi Jitu

Kamis 09-05-2024,09:32 WIB
Reporter : Amris
Editor : Amris

“Apakah Bung Ali pernah menanyakan alasan mengapa saya mengumpulkan 670 orang perempuan lacur?” 

“Sebabnya ialah, karen saya menyadari, bahwa saya tidak akan dapat maju tanpa suatu kekuatan. Saya memerlukan tenaga manusia, sekalipun tenaga perempuan. Bagi saya persoalannya bukan bermoral atau tidak bermoral. Tenaga yang ampuh, itulah satu-satunya yang kuperlukan.” kata Soekarno menjelaskannya.

BACA JUGA:Fakta Kacamata Presiden Soekarno Yang Mitosnya Tembus Pandang

BACA JUGA:Saat Buya Hamka dan 3 Tokoh Nasional Mendekam di Penjara, Korban Politik Soekarno

Ali tak kurang argumen, “Kita cukup mempunyai kekuatan tanpa mendidik wanita-wanita ini. PNI mempunyai cabang-cabang di seluruh Tanah Air dan semuanya ini berjalan tanpa anggota seperti ini. Hanya di Bandung kita melakukan hal semacam ini.” 

Bung Karno menjelaskan, “Dalam pekerjaan ini, maka gadis-gadis pelacur atau apa pun nama yang akan diberikan kepada mereka, adalah orang-orang penting.” 

Bung Karno bahkan mengultimatum Ali dengan mengatakan, “Anggota lain dapat kulepas. Akan tetapi melepaskan perempuan lacur, tunggu dulu!”   

Dengan referensi yang ada di kepalanya, mengalirlah argumen Soekarno yang lain. Ia menarik contoh Madame de Pompadour, yang disebutnya tak lebih dari seorang pelacur pada mulanya, tetapi kemudian ia dapat memainkan peran politik yang penting, bahkan akhirnya menjadi salah satu selir raja Louis XV antara tahun 1745 – 1750.   

Kemudian Bung Karno juga mencuplik kisah Theroigne de Mericourt, pemimpin besar dari Perancis awal abad ke-19. Bung Karno menunjuk pula barisan roti di Versailles.

 “Siapakah yang memulainya? Perempuan-perempuan lacur,” ujar Bung Karno dengan mantap. 

Sampai di situ, Ali Sastroamidjojo tak lagi mendebat. Sekalipun ekspresi wajahnya belum sepenuhnya menerima, tetapi setidaknya, ia harus mencari bahan-bahan lain sebelum memulai perdebatan sengit kembali dengan Bung Karno. Terlebih jika itu dimaksudkan untuk “mengalahkan” Soekarno.

Strategi Bung Karno terbukti ampuh. Para polisi Belanda itu tidak pernah tahu jika Bung Karno melakukan semacam kontra-intelejen. Ia sudah mengetahui apa yang akan dilakukan polisi.

“Masih ada prestasi lain yang mengagumkan dari mereka ini,” tambah Bung Karno.

Mereka, kata Bung Karno, adalah penyumbang dana gerakan PNI. Mereka bersemangat menyumbang, bahkan dalam jumlah yang besar.

“Perempuan‐perempuan lacur adalah satu‐satunya di antara kami yang selalu mempunyai uang.” tuturnya.*

Kategori :