Sayangnya, ia tidan bisa melanjutkan pendidikan, di usianya yang ke 15 tahun ia mendapatkan.
Pada masa itu ia dilema dengan lamaran yang ia dapatkan hingga akhirnya ia bertukar pikiran dengan dua sahabatnya yang keturunan Belanda.
Pada masa itu perempuan Indonesia memiliki status yang rendah di masyarakat. Oleh karena itu ia ingin mendapatkan kesetaraan bagi wanita-wanita Indonesia.
Pada akhirnya R.A Kartini menikah dengan Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat pada 12 November 1903.
Meskipun bukan istri pertama melainkan istri ke-empat, suami Kartini mengerti dan memahami keinginannya yang ingin mendirikan sekolah wanita.
Sayangnya, Kartini tidak dapat berjuang lebih lama tepatnya pada 17 September 1904 Kartini meninggal dunia setelah 3 hari melahirkan putranya RM. Soesalit Djojodiningrat.
Meskipun sosok Kartini akhirnya pada 1912 berdirilah Sekolah Kartini yang di bangun oleh Yayasan Kartini di Semarang oleh Keluarga Van Deventer.*