Batalion 4, di bawah pimpinan Mayor Abdurahman bertugas mengawasi garis pertempuran sepanjang jalan kota Sukabumi bagian Timur sampai dengan lokasi jalan raya Gekbrong. Batalion 3, yang dipimpin oleh kapten Anwar mengawasi garis pertempuran dari Gekbrong sampai dengan Jalan Raya Ciranjang.
Tebing Bojongkokosan menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Sukabumi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tepat di bawah jembatan tebing, para pejuang Indonesia melancarkan serangan terhadap sekutu menggunakan berbagai taktik yang telah direncanakan sebelumnya.
Serangan pertama yang dilancarkan oleh para pejuang yaitu, dengan menggunakan taktik “menggebuk ular berbisa” yang ditujukan kepada para tentara sekutu, yang sebelumnya jalur tersebut sudah dipasangi parit dan ranjau di sekitar bawah jembatan.
Tujuannya adalah untuk menghindari terjadinya pertempuran di satu tempat. Namun, karena terbatasnya jumlah pasukan dan senjata, menyebabkan para pejuang mengubah taktiknya dengan menggunakan taktik "Hit dan Run"dan kirikumi.
BACA JUGA:Keajaiban Perang Gaza, Israel Merengek Minta Tolong Amerika Lawan Wilayah 12 Km dengan Panjang 48 Km
Tujuannya untuk menghemat tenaga di mana penyerangan tersebut biasanya dilakukan pada malam hari dari jarak dekat, oleh tiga atau empat orang bersenjatakan granat.
Sebagai akibat dari peristiwa Bojongkokosan ini, diketahui disepanjang perjalanan menuju Sukabumi, para pihak sekutu melakukan penembakan yang akhirnya menewaskan 25 orang dari para pejuang kita.
Sementara dipihak sekutu mengalami kerugian sebanyak 18 kendaraan hancur, sopir dan pasukan tentara sekutu atau tentara Gurkha yang terbunuh sebanyak 100 orang.*