Keris Sakti Panglima Soedirman dan Pangeran Diponegoro Bisa Berdiri Jika Ada Belanda dan Tahan Peluru

Kamis 12-10-2023,07:39 WIB
Reporter : Tim Redaksi RM
Editor : Ahmad Kartubi

Muhamad Roem,  merupakan lulusan Rechts School (Sekolah Hukum) di Jakarta, hanya mesem sambil meraba jimat itu di saku celananya.

Selanjutnya  dari cerita anak bungsunya Mohamad Teguh Soedirman  dimana kisah seorang santri dari Pesantren Krapyak, Yogyakarta. 

Santri ini mengkisahkan cerita gurunya yang ikut langsung  bergerilya bersama Panglima Soedirman.

Dalam pertempuran sengit kata santri itu yang diceritakan oleh gurunya, Panglima Soedirman  dalam sebuah pertempuran  menjatuhkan pesawat Belanda  dengan meniupkan bubuk merica. Teguh berkomentar, “Gila, ini tak masuk nalar.”

Situasi desa Bajulan  yang sunyi dan senyap mendak terbangun oleh desingan suara pesawat di bulan Januari 1949.

Sehingga Penduduk kampung yang beada di sawah,  halaman, dan jalan, panik mencari tempat berlindung.

Warga Nganjuk paham betul, bahwa pesawat Belanda yang mencari para grilyawan siap akan menjatuhkan Bom dan peluruh.  Sehingga masyrakat sembunyi di balik pepohonan.

Termasuk perempuan bernama Jirah 16 tahun yang selalu didapur  seraya membayangkan gubuknya jika di hujani peluru Belanda.

Dimana saat itu di rumahnya ada sembilan laki-laki asing tamu ayah angkatnya, Pak Kedah, yang ia layani makan dan minum. 

Walau Jirah tidak mengenal siapa 9 laki-laki itu, tapi dalam hatinya ia menduga mereka Grilyawan yang sedang di cari Belanda.

BACA JUGA:Keris Mpuh Gandring Singasari, Mengapa Kutukannya Bunuh Tujuh Raja Termasuk Ken Arok Sendiri?

BACA JUGA:Keris Cakra Donya Sultan Hasanuddin, Memancarkan Cahaya dan Mengeluarkan Suara Gemuruh dalam Peperangan

Diluar dugaan sewaktu pesawat mendekat, dia melihat seorang yang memakai beskap duduk di depan pintu dikelilingi delapan lainnya. “Saya mengintip dan menguping apa yang akan terjadi dari dapur,” kata Jirah, September lalu.

Terlihat ada lelaki kurus tinggi yang memakai  beskap dipanggil ”Kiaine” atau Pak Kiai oleh yang lainya  mengeluarkan keris dari pinggangnya. 

Kemudian Kris itu di taruh didepanya Lalu tanganya merapat dan mulutnya komat kamit membaca doa, tiba-tiba dengan ajaibnya  Keris itu berdiri dengan ujung lancipnya menghadap ke langit-langit. 

Dimana kala itu suara pesawat terdengar semankin dekat  dan suara doa panglima Soedirman semangkin terdenganr nyaring pula.

Kategori :