RADARMUKOMUKO.COM - Karena tanah dan cuaca alamnya sangat cocok di tanam Lada maka Bangka Belitung (Babel) dibuat perkebunan Lada oleh kaum penjajah Portugis.
Disinyalir hasil lada dari Babel kala itu diekspor ke Eropa karena hasil dan kualitasnya terbaik.
Namun kini, kejayaan lada tersebut tingallah kisahnya saja dan tinggal menghitung hari.
Apesnya nya lagi Harga jual si lada putih atau sahang dalam bahasa setempat, amat rendah.
Sehingga kebanyakan penduduk Babel berpaling pada dijadikan penambangan timah.
Hal ini pula yang mengubah cantiknya wajah Bangka Belitung.
Dikutip dari ubb.ac.id, Keluarga Muslim contoh salah satu keluarga yang pernah menikmati kejayaan tanaman Lada.
BACA JUGA:Pemkab Mukomuko Usulkan Bangunan Embung ke BWS untuk Persediaan Air Sawah Petani Ipuh
BACA JUGA:Kisah Perlawanan Suku Nias Saonigeho, Belanda Putus Asa Karena Selalu Gagal dan Dikalahkan
Alamat rumah mereka di wilayah Trans Jawa Kecamatan Dendang Belitung Timur, telah berubah dari papan yang rapuh menjadi bangunan yang permanen, berkat 2 ribu batang pohon lada di kebun mereka.
Sekarang karena pengaruh harga timah begitu menggiurkan maka lahan lada tesebut mulai berubah menjadi lokasi tambang timah secara perlahan.
Berlalunya masa jaya sahang alias lada di Bangka Belitung, gampang dilihat. Bagaimana tidak, tahun 2000 masih ada 80 ribu hektar kebun lada.
Kini susut hanya tinggal 7 ribu hektar. Banyak pohon lada yang rusak serta bercampur dengan alang-alang. Sebagian bahkan diubah jadi lokasi tambang inkonvensional. Para pemiliknya lebih memilih timah, yang diyakini lebih menguntungkan
Dengan luas 1 hektar, kebun lada menghasilkan sekitar 2,5 ton, yang baru bisa dipanen dalam 3 tahun.
Sementara bila kawasan itu punya kandungan timah, bisa menghasilkan sekitar 10 ton, tanpa perlu menanti masa panen.