Singkat cerita, sebagai bentuk penghomatan dan pengabdian, Soekarno akhirnya melamar Oetari pada Haji Oemar Said Tjokroaminoto, gurunya yang sudah banyak membantu tersebut.
Gayung bersambut, sang guru sangat bahagian dengan lamaran Bung Karno, hingga pernikahanpun dilaksanakan dengan sederhana. Soekarno resmi menikah pertama kali dengan Oetari yang juga sudah dianggapnya sebagai adik sendiri tersebut.
BACA JUGA:Saat Presiden Soekarno Resah, Menyadari Sahabatnya Bung Hatta Belum Menikah Diusia 43 Tahun
BACA JUGA:Dua Aksi Prank atau Tipu-Tipu Paling Menggemparkan di Era Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto
Setelah menikah, hubungan Soekarno dengan Oetari tidak terlihat semakin mesra. Bahkan, Soekarno dan Oetari disebut tidak menikmati bulan madu.
Soekarno makin sibuk dengan aktivitas politiknya, termasuk ikut ke mana pun Tjokro pergi.
Dilansir dari berbagai sumber yang melansir dari otobiografi Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, kepada Cindy Adams, Soekarno bahkan mengatakan tidak pernah "menyentuh" Oetari. Siti Oetari tetap dijaganya dalam keadaan "suci".
Pernikahan Bung Karno dan Oetari berakhir di tahun 1923. Setelah enam bulan tinggal di Bandung, Bung Karno kembali ke Surabaya mengantarkan Oetari ke ayahnya, Tjokro.
Bung Karno pun kembali ke Bandung untuk meneruskan pendidikan dan menikah dengan Inggit Garnasih. Sementara itu Oetari kembali menikah tahun 1924. Saat itu, Oetari berusia 19 tahun dan menikah dengan Sigit Bachroensalam.
Pernikahan Sigit Bachroensalam dan Ostari berakhir setelah Sigit meninggal dunia, pada tahun 1981. Ketika itu Oetari berusia 76 tahun. Lima tahun kemudian Oetari meninggal dunia di usia 81 tahun.
Sementara Soekarno menika dengan seorang wanita yang dicintainya pertama kali yaitu Inggit Garnasih, seorang janda berusia 13 tahun lebih tua dari Soekarno.
Mereka bertemu di Bandung, saat Soekarno menyewa kamar kos di rumah Inggit. Keduanya saling jatuh cinta dan menikah pada tahun 1923, setelah Soekarno menceraikan Oetari dan Inggit menceraikan suami pertamanya, H Sanusi, seorang politisi Sarekat Islam.
Inggit sangat setia dan mendukung perjuangan Soekarno melawan penjajah Belanda. Mereka juga sempat ditahan bersama di penjara Sukamiskin pada tahun 1930.
Namun, karena tidak dikaruniai anak, Inggit akhirnya memilih untuk bercerai dengan Soekarno pada tahun 1943.
Dalam surat perjanjian cerai, Soekarno berjanji untuk memberikan nafkah seumur hidup kepada Inggit.*