Menolak Hidup Ditindas Belanda, Suku Ini Lari ke Hutan Abad ke-17 dan Hingga Kini Hidup Berbeda

Rabu 06-09-2023,01:00 WIB
Reporter : Tim Redaksi RM
Editor : Amris

RADARMUKOMUKO.COM - Di pedalaman daerah Boliyohuto, Paguyaman, dan Suwawa, Provinsi Gorontalo, terdapat suku yang dikenal dengan Suku Polahi. 

Suku Polahi sampai sekarang dilebel sebagai suku terasing yang hidup di hutan pedalaman Gorontalo. Sebetulnya, dulu suku ini hidup bersama dengan masyarakat lainnya. 

Melansir dari berbagai sumber, Polahi adalah masyarakat pelarian zaman dahulu yang melakukan eksodus ke hutan karena takut dan tidak mau dijajah oleh Belanda, sehingga menjadikan mereka sebagai suku terasing sampai dengan saat ini. Orang polahi pergi jauh ke huta sekitar abad ke-17. 

Dalam kamus bahasa Gorontalo, Polahi berasal dari kata "Lahi-lahi" yang artinya, pelarian atau sedang dalam pelarian. 

Polahi adalah pelarian pada masa penjajahan Belanda yang takut atau tidak mau membayar pajak, yang kemudian tinggal di hutan tepatnya di lereng Gunung Boliyohuto di Desa Tamaila Utara, Kecamatan Tolangohula, Kabupaten Gorontalo.

BACA JUGA:'Banyak Anak Banyak Rezeki' Ternyata Taktik Belanda Untuk Menambah Tenaga Kerja Tanam Paksa

BACA JUGA:Pembataian 10.000 Keturunan Tionghoa di Jawa, Awal Mula Tragedi Perang Sepanjang Melawan Belanda

Menurut catatan sejarah yang ada, sejatinya suku Polahi merupakan warga Gorontalo yang pada masa penjajahan Belanda dulu melarikan diri ke dalam hutan yang dikarenakan oleh pemimpin mereka waktu itu tidak mau ditindas oleh penjajah.

Oleh karena itu, orang Gorontalo menyebut mereka Polahi, yang artinya "pelarian".

Hal ini menjadikan orang Polahi hidup beradaptasi dengan kehidupan rimba. Setelah Indonesia merdeka, sebagian keturunan Polahi masih tetap bertahan tinggal di hutan. Sikap anti penjajah tersebut masih terbawa terus secara turun-temurun, sehingga orang lain dari luar suku Polahi dianggap penindas dan penjajah.

Cerita unik dari suku polahi dilansir dari berbagai sumber yaitu, Tradisi Perkawinan Sedarah. 

Perkawinan biasanya dilakukan oleh dua lawan jenis dari keluarga yang berbeda dan tanpa ikatan darah di antara mereka. 

Tetapi hal lain terjadi pada Suku Polahi, suku primitif di pedalaman Gorontalo yang memiliki budaya sistem kawin sedarah, atau sistem perkawinan incest  yang secara genetis berbahaya bagi keturunan yang dilahirkan. 

Mereka terbiasa melakukan sistem perkawinan sedarah dimana  perkawinan ini yang memungkinkan setiap anggota keluarga bebas untuk menikah dengan sesama anggota keluarga yang memiliki ikatan darah. 

BACA JUGA:Kisah 'Jongos dan Babu' Masa Penjajahan Belanda, Manusia Rendah Menjadi Pesuruh Hingga Pelampiasan Nafsu

Kategori :