3. Pada tahun 1830 muncul pula perlawanan rakyat yang dipimpin oleh seorang wanita bernama Nyai Gumparo atau Nyai Gamparan atau dalam sumber lain disebut Nyai Pawitan.
Pusat perlawanan wanita yang disebut 'kepala keraman' itu berada di Blaraja. Namun pengaruh gerakannya memasuki wilayah Lebak, terutama di daerah Sajira.
Perlawanan Nyai Gamparan ini mereda setelah ia berhasil ditangkap oleh Demang Jasinga R. Karta Nata Negara (Dalem Sepuh. Meskipun perlawanan Nyai Gamparan gagal, tetapi pengikut-pengikutnya dapat meloloskan diri dan berusaha meneruskan perlawanan.
4. Perlawanan rakyat di Warunggunung tahun 1845. Perlawanan ini berpusat di Cikandi Udik dan sempat memasuki wilayah Kabupaten Lebak yaitu Warunggunung.
Gerakan ini diawali dengan usaha rakyat merebut rumah tuan tanah pada tanggal 13 Desember 1845.
BACA JUGA:Tiga Penyebab Meletusnya Perang Diponegoro, Berlangsung Selama 5 Tahun
Kemudian akibat serbuan ini mengakibatkan tuan tanah bernama P.J Kamphuys beserta isteri dan kelima anaknya terbunuh. Jumlah rakyat yang turut dalam perlawanan kemudian bertambah hingga sekitar 600 orang.
5. Perlawanan rakyat Lebak abad ke-20 yaitu yang disebut dengan masa pergerakan.
Di Lebak ada dua organisasi yang berhasil mendapat masa paling banyak yaitu Sarekat Islam (SI) dan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Hal yang menarik adalah meskipun kedua organisasi ini bertolak belakang dalam ideologi, namun memiliki basis pendukung yang sama yakni dari kalangan ulama dan para santrinya.*